Kehidupanya yang kelam itu membuat Prianggono menjadi preman.
Prianggono selalu mengambil jatah uang dari sejumlah pemilik toko yang ada di salah satu wilayah di Semarang.
"Di Pamularsih ada toko-toko itu, setiap bulan saya mendapatkan jatah. Tapi ya uang jatah itu habisnya hanya buat minum," ungkapnya.
Di Semarang, Prianggono sempat bekerja sebagai penjaga malam di sebuah rumah di daerah Simpang Lima Semarang.
Prianggono kemudian bekerja di sebuah bank sebagai office boy hingga penagih khusus kartu kredit.
Selama perjalanan hidupnya, berbagai hal buruk telah dia lakukan.
"Saya setiap hari minum, ya macam-macam, maksiat lah," ungkapnya.
Merasa jenuh, Prianggono lantas bertekad untuk meninggalkan kehidupannya yang kelam.
Hal lain yang mendorongnya, yaitu karena dia sudah mempunyai istri.
Prianggono mulai memikirkan masa depan keluarganya.