Barulah diketahui dika ia telah menggunakan permen dan rokok elektrik rasa buah selama tiga hingga lima kali dengan teman-temannya selama berbulan-bulan menjelang gejala yang dialaminya muncul.
Meskipun belum terbukti jika menggunakan rokok elektrik yang menyebabkan di remaja mengalami gangguan kesehatan tersebut, namun peneliti menyarankan bahwa vaping 'masuk akal' menjadi penyebabnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Kathleen Ferrer, penulis senior studi ini.
"Penggunaan rokok lektrik oleh remaja adalah alasan yang paling masuk akal untuk diagnosis epiglottitis subakut ini, suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa," ungkapnya.
Dr. kathleen juga mengatakan jika kasus yang dialami si remaja semakin memperpanjang daftar efek toksik dari penggunaan produk tersebut.
“Kasus yang tidak biasa ini menambah daftar efek toksik yang semakin meningkat yang disebabkan oleh vaping.," katanya.
"Sementara kami biasanya menyelidiki pemicu infeksi, seperti Streptococci, Staphylococci dan Haemophilus, kami dan penyedia layanan kesehatan lainnya juga harus mempertimbangkan rokok elektrik saat kami mengevaluasi keluhan oro-pernapasan.," sambungnya.
Laporan kasus tersebut muncul tidak lama setelah seorang remaja di Kanada mengembangkan kondisi yang tidak dapat disembuhkan yang dikenal sebagai 'paru-paru popcorn' setelah menguap selama hanya lima bulan.