"Dulu waktu warga itu taunya MLM, belum ada rasa resah, belum ada laporan ke kami selaku pemerintah desa. Itu ada rasa resah setelah datangnya batu besar yang rencananya mau dijadikan prasasti," jawab Slamet.
"Itu gedenya seberapa, satu rumah atau?" tanya Tukul penasaran.
"Itu tingginya sekitar 1,6 meteran," jawab Slamet.
Slamet Purwadi juga mengungkapkan alasan warga di sekitar merasa resah dengan kemunculan Keraton Agung Sejagat tersebut.
"Nah itu kan pas dateng kebetulan sampai lokasi jam, kira-kira, jam 3 lebih sedikit. Terus, sampai situ ada ritual-ritual yang pakai bakar-bakar dupa segala. jadi karena warga kami itu tidak pernah mengenal apa namanya dupa, apalagi baunya, itu kan dengan adanya bakar-bakaran dupa merasa sangat terganggu, katanya bikin pusing, bikin perut mual, gitu," tuturnya.
"Terus, anak-anak kecil itu juga setelah siang harinya itu merasa takut karena waktu itu batunya ditutup pakai kain mori (kain putih), Mas Tukul," sambung Slamet.
Selain mengganggu karena menyebarkan aroma dupa yang begitu asing di masyarakat sekitar, aktivitas Keraton Agung Sejagat tersebut juga meresahkan anak-anak yang merasa ketakutan dengan keanehan mereka.
Melansir dari Kompas.com, Raja dan Ratu dari Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso dan Fanni Aminadia, dikabarkan sudah ditetapkan menjadi tersangka oleh Polda Jawa Tengah.
Status tersangka itu setelah adanya motif penarikan dana dari masyarakat dengan cara tipu daya dan simbol-simbol kerajaan.