"Dia memang mau dieksekusi mati karena vonisnya memang itu. Tapi, kapan akan dilaksanakan, pihak kejaksaan selaku eksekutor belum pernah menghubungi kami," ungkap Sudijanto.
Yang jelas, proses persiapan eksekusi itu memerlukan waktu lama.
Sudijanto mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir yang bersangkutan memang sering sakit-sakitan. Keluhannya hanya pada bagian dada sebelah kiri.
Puncaknya pada Sabtu (24/3/2007), ia mendapat kabar bahwa terpidana mati itu sakit pada bagian dada kiri.
Karena sakitnya perlu mendapat perawatan khusus, dokter LP yang memeriksa kemudian meminta agar Robot dirujuk ke RSUD Cilacap.
Akan tetapi, Senin siang sekitar pukul 13.00 jiwanya tidak tertolong.
Berita kematian Robot Gedek segera disampaikan kepada keluarganya di Pekalongan, Jateng.
Hanya berselang dua jam dari kematian, jenazah Robot Gedek langsung dibawa ke Pekalongan untuk dimakamkan.
Selama di Nusakambangan, Robot Gedek pernah mendekam di LP Permisan dan LP Batu. Dia menjadi penghuni LP Batu belum genap enam bulan.
Semula, Robot Gedek bukanlah siapa-siapa. Tak lebih, dia hanya manusia terpinggirkan yang terdampar di riuh rendahnya Jakarta.
Tiba-tiba dia menjadi berita besar pada sekitar 1997.