Suar.ID -Amerika Serikat jelas-jelas sudah menabuh genderang perang dengan menembak salah satu panglima perang Iran, Qasem Soleimani.
Meski begitu, Negeri Paman Sam itu seolah mau cuci tangan.
Mereka bilang "tidak mencari perang dengan Iran."
Jadi...
Presiden Donald Trump dan para pejabat tinggi pemerintahannya berharap bisa menghindari perang dengan Iran.
Namun, Amerika Serikat (AS) siap menghadapi provokasi militer apapun yang mungkin dilancarkan Iran.
Kepada para wartawan di Gedung Putih, Selasa (7/1/2020), dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis, Trump mengatakan “kami betul-betul siap” menghadapi serangan Iran dan membalas serangan apa pun dari Iran.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan di Pentagon, “Amerika Serikat tidak mencari perang dengan Iran, tetapi kalau itu terjadi, kami siap untuk menyelesaikannya.”
Para pejabat tinggi Amerika mempertahankan keputusan untuk menggunakan serangan drone yang menarget Jenderal Qassem Soleimani di dekat bandara Baghdad.
Kata mereka, untuk mencegah serangan lain terhadap warga Amerika Serikat.
Penasihat Keamanan Nasional Robert O’Brien mengatakan, Soleimani sedang merencanakan serangan atas fasilitas-fasilitas Amerika, yang kemungkinan akan menewaskan “para diplomat, tentara, pelaut, pilot, dan marinir Amerika.”
Namun ia tidak bersedia memberikan rincian tentang rencana Soleimani itu.
Pelayat Soleimani Tewas Berdesakan
Di Iran, para pejabat menunda pemakaman Soleimani setelah lebih dari 50 orang tewas terinjak-injak dan 200 lainnya cedera saat mengikuti prosesi pemakaman Soleimani.
Puluhan ribu orang berkumpul untuk menghormati Soleimani di kota kelahirannya Kerman, sebelum upacara pemakaman. Banyak pelayat menyerukan pembalasan atas Amerika dan mengatakan “Tidak ada Kompromi, Tidak ada Menyerah, dan Pembalasan!”
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada jaringan televisi CNN bahwa pembunuhan Soleimani, komandan Pasukan Garda Revolusi al-Quds adalah “aksi teroris yang dilakukan negara.”
“Ini adalah tindakan agresi terhadap Iran dan merupakan serangan bersenjata, dan kami akan membalas,” kata Zarif.
“Tapi kami akan membalas secara proporsional. Kami bukanlah orang-orang pelanggar hukum seperti Presiden Trump.”
Karena meningkatnya ketegangan antara kedua negara, Amerika telah menolak pemberian visa kepada Zarif yang berencana akan menghadiri sidang PBB di New York pada Kamis (9/1/2020).
Serangan Iran
Pagi tadi, Iran melancarkan serangan balasan ke pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar Irak menggunakan rudal jelajah.
Serangan dilakukan langsung pasukan artileri Korps Garda Republik Iran.
Rekaman video yang dikutip Sputniknews pagi ini menunjukkan puluhan rudal membelah kegelapan malam.
Serangan militer ini menjadi awal aksi balasan Iran atas pembunuhan Kepala Pasukan Quds Mayjen Qassem Soleimani, yang dilakukan militer AS awao tahun ini.
Presiden Trump saat ini dikabarkan sedang menerima briefing atas perkembangan situasi di Irak.
Belum ada pihak resmi AS yang memberikan komentar terkait serangan Iran di Irak ini.
Kantor berita FARS News pagi ini juga merilis di akun Twitternya rekaman video saat rudal diluncurkan pasukan Garda Republik Iran.
Informasi awal menyebutkan, pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar, Irak dihujani puluhan roket, Rabu (8/1/2020) dini hari waktu setempat.
Kabar awal ini diwartakan akun stasiun televisi Iran, PressTV, Rabu pagi ini WIB.
Belum ada keterangan resmi militer Irak.
Serangan roket diduga dilakukan Brigade 45 Khataib Hezbollah Irak, bagian kelompok Popular Mobilization Unit (PMU) yang diakui militer Irak.
Namun versi lain menyebut, serangan terkoordinasi ini dilakukan elemen-elemen Korps Garda Republik Iran (IGRC).
Perkembangan lebih lanjut terkait serangan roket ke pasukan AS di Irak masih menunggu laporan-laporan lebih detil dari lapangan.
Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds Garda Republik Iran tewas akibat serangan rudal di Bandara Baghdad, Kamis (2/1/2020).
Pembunuhan dilakukan militer AS atas perintah Presiden Donald Trump.
Kematian Qassem menyulut kemarahan Iran dan Irak.
Iran bertekad membalas serangan ini menggunakan segala cara.
Parlemen dan pemerintah Irak memutuskan mengusir pasukan AS dan sekutunya dari negara itu.
Jerman lebih awal menarik kontingen mereka di Irak.
Prajurit Jerman yang bertugas sebagai instruktur ditarik ke Yordania dan Kuwait.
Swedia, Denmark, dan Latvia juga melakukan hal sama mengingat perkembangan situasi yang tidak kondusif di Irak.
Sebaliknya, Pentagon mengirimkan 3.000 prajurit Lintas Udara 82 dari Fort Bragg, North Carolina menuju Kuwait.
Sebagian dikirim ke Lebanon, guna melindungi Kedubes AS di negara yang sebagian dikuasai kelompok Hezbollah Lebanon.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Menhan AS: Kami Tidak Mencari Perang dengan Iran Tapi Kami Siap