Suar.ID -Sebuah video menjadi viral di berbagai media sosial beberapa waktu lalu.
Dalam video ini terlihat seorang anak kecil mengusap air matanya dengan jilbab yang digunakannnya.
Terlihat pula seorang perempuan yang duduk tak jauh dari anak berjilbab putih tadi.
Perempuan ini terlihat menutupi wajahnya dengan jilbab yang dikenakannya.
Video ini diunggah oleh sebuah akun instagram @ndorobeii pada Minggu (8/12).
Akun ini juga memberikan keterangan kalau anak SD dan juga perempuan dalam video tersebut yang diduga merupakan orangtuanya sedang dibully.
Keduanya dibully hingga menangis lantaran masalah ekonomi.
Baca Juga: Gunakan Cara Ekstrem untuk Diet, Wanita Ini Malah Alami Hal Mengerikan di Kerongkongannya
Tak cuma bullying, anak ini juga dikabarkan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya.
"Menyedihkan!Anak sekolah jadi bahan bullyan sampai tas nya pun dilempar.Sampai2 ibunya ikut jadi bahan bullyan dan sampai menangis ????.Mereka ini orang kurang mampu yang seharusnya di bantu," tulis akun tersebut.
Tak butuh waktu lama postingan ini pun menjadi viral.
Sebuah akun Facebook yang bernama Uun Unaini pun mengunggah kembali postingan tersebut.
Sebelumnya ia sendiri mengaku penasaran dengan postingan yang sempat viral ini.
"Sebenaranya saya kan penasaran dengan berita viral itu," ujarnya.
Uun pun mengungkapkan kalau lokasi diambilnya video tersebut tak jauh dari rumah tinggalnya.
Ia sendiri tinggal di Desa Pangkalan, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
"Kebetulan tetangga kampung saya," tegasUun.
Uun pun akhirnya memilih mendatangi langsung lokasi tersebut dan berusaha mencari kedua orang yang ada dalam video viral tersebut.
Sayangnya, saat sudah berada ditempat tersebut ia tidak berhasil menemukan mereka.
"Kebetulan pas di situ anaknyanggakada sama ibunya juga, baru bantuin bapaknya buat batu bata," ungkapUun.
Sambil menunggu kedua orang ini kembali, Uun pun memutuskan untuk mencari informasi dari tetangga di sekitar.
"Akhirnya saya ngobrol dulu sama tetangga kan," kataUun.
Dari informasi yang didapatkan Uun ini, kemudian diketahui kalau soal bullying yang viral di medsos ini tak benar.
Menurut informasi yang didapatkan, gadis cilik yang ada dalam video tersebut menangis usai bermain dengan teman sekolahnya.
"Ya tahu lah kalau anak kecil kan suka becanda-becanda gitu," kata Uun.
Masih dari keterangan tetangga, rupanya ibu dari anak ini memiliki gangguan di kesehatan mentalnya.
"Misalkan anaknya nangis dan panik, dia ikutan panik dan nangis," ujar perempuan yang tergabung dalam Komunitas Sedekah Seribu Sehari (S3) Kecamatan Sobang ini.
Dikabarkan pula kalau sang ibu ini selalu berada di dekat anaknya selalu.
"Terus kemana-kemana, selalu dikawal. Ke sekolah, waktu main selalu ditungguin katanya tetangganya sihbegitu," ungkap perempuan kelahiran 1985 ini.
Setelah menunggu, Uun pun akhirnya bisa menenmui sang ibu dan anak yang diketahui masih kelas 1 SD ini.
Mulanya anak ini sempat merasa takut saat bertemu dengan Uun.
Menanggapi video yang viral ini, Uun menganggap hal itu terlalu dilebih-lebihkan.
Uun mengungkapkan kalau keluarga tersbut baik-baik saja layaknya keluarga pada umumnya.
"Normal-normal saja sih sebetulnya," tegasUun.
Uun pun sempat berpesan kepada siapa saja yang mendapatkan kabar seperti ini bisa dicek terlebih dahulu kebenarannya.
Baca Juga: 5 Zodiak Ini Paling Hobi Jatuh Cinta kepada Bad Boy, Mereka Justru Merasa Tertantang!
Tak cuma itu, ia juga menyarankan untuk tak langsung percaya dan menyebarkannya di media sosial.
"Jangan langsung komentar atau gimana, cerdas dalam menerima informasi," tutupnya.
Pesan Psikolog
Masih melansir dari Tribunnews, Psikolog Anak dan Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan, S. Psi., M. Psi memberikan tanggapan terhadap banyaknya kasus bullying yang terjadi di sekolah.
Ia mengungkapkan ada banyak hal yang perlu dilakukan orangtua dalam menyikapi anak yang menjadi korban bully di sekolah.
Adib pun mencontohkan jika seorang anak seharusnya masih berada di TK maka sebainya jangan dipaksakan masuk SD.
Ia juga mengungkapkan kau seorang anak harus bersekolah sesui dengan usianya.
"Anak kalau masuk sekolah ya harus sesuai dengan usianya," ujar Adib pada Senin (9/12).
Adib juga menyampaikan kalau anak bersekolah tak sesuai dengan usianya, maka kemungkingan anak tersebut akan mengalami bullying.
Ini disebabkan adanya faktor perkembangan psikologis yang belum matang.
"Contoh nih anak harusnya masukSDusia 7 tahun tapiusia 6 tahun sudah masuk SD.
"Nah itu bisa jadi sebabbullying karena belum matang secara perkembangan psikologisnya," jelas Adib.
Psikolog dari Bintaro, Jakarta Selatan ini juga menyarankan untuk orangtua tidak memaksakan kehendaknya ketika menyekolahkan anaknya.
"Perlu dipertimbangkan, kalau anak masih cocok diTK ya harusnya diTK," tegasnya.
Adib juga mengungkapkan pentingnya bagi orangtua untuk selalu memperhatikan kondisi anaknya.
Ia menambahkan kalau kini untuk masuk SD tak diharuskan mampu membaca dan menulis.
Tapi seorang anak yang perkembangan psikologisnya sudah matang untuk taraf SD, maka ia seharusnya bisa mengikuti instruksi guru.
"Guru nyuruh nulis ya harusnya anaknya mau nulis.
"Bukan diam saja, kalau anaknya diam saja memang secara umum dia belum siap masukSD," jelas Adib.
Menurut keterangan Adib ini jika anak dipaksakan masuk SD dalam kondisi belum siap bisa memicu bullying dari temannya.
Baca Juga: Perut Buncit Maia Estianty Jadi Perhatian Netizen, Lagi Hamil Kah?
"Dampak anak belum siap masukSD tapi dipaksa itu bisa jadi pemicu mendapatkanbullying dari temannya," kata Adib.
"Jadi orang tua memang harus melihat bagaimana perkembangan anak.
"Melihat sampai mana sih kemampuannya, sudah siap masukSD apa belum?" sambungnya.
Tak sampai disitu, Adib juga menyampaikan jika anak menjadi korban bullying maka orangtua harusnya menyikapi dengan berkoordinasi dengan guru.
"Kalau anaknya mendapatbullydari teman ya sebaiknya berkoordinasi dengan guru, dengan pihak sekolah," tutur Adib.
Menurutnya, seorang guru akan cukup bijaksana untuk mengatasi persoalan bullying diantara murid-muridnya.
Adib juga memberikan catatan kepada orangtua agar tidak melakukan main hakim sendiri.
Apalagi sampai memusuhi orangtua lain.
"Jangan sampai orangtua main hakim sendiri atau malah orangtua sama orangtua," ucapnya.
Dalam menyikapi masalah bullying ini, orangtua juga perlu dimediasi oleh pihak sekolah.
Baca Juga: Penyakit Polio Muncul Lagi di Malaysia Setelah 27 Tahun Lamanya Tidak Ada yang Terjangkit