Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kisah Pilu Ki Maun, Hidup Sebatang Kara di Tengah Kerasnya Kehidupan Ibu Kota, Berjualan Sapu Demi Sesuap Nasi

Aditya Eriza Fahmi - Sabtu, 19 Oktober 2019 | 15:00
Kisah Pilu Ki Maun, Hidup Sebatang Kara dan Berjualan Sapu Demi Sesuap Nasi
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina

Kisah Pilu Ki Maun, Hidup Sebatang Kara dan Berjualan Sapu Demi Sesuap Nasi

Suar.ID -Di usianya yang tak lagi muda, Ki Maun (71) terpaksa berkeliling Jakarta sambil berjualan sapu demi tetap bisa bertahan hidup.

Dilansir Tribun Jakarta, Ki Maun pun mulai berjualan sapu mulai dari rumahnya yang berada di jalan Bina Marga hingga ke wilayah Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Usai berjualan sapu, Ki Maun pun akan kembali ke gubuk reotnya pada malam hari.

Di gubuk reotnya ini, ia hanya tinggal sebatang kara tanpa ditemani anak ataupun istrinya.

Baca Juga: Suami Diculik dan Dibunuh Mantan Pacar yang Sakit Hati, Tinggalkan Istri yang Sedang Hamil Anak Pertama

Ini terjadi sejak ketiga anak perempuannya yang sudah menikah dan memilih ikut suami mereka masing-masing.

Anak-anak Ki Maun sendiri ini tinggal di berbagai wilayah mulai dari Lubang Buaya, Pondok Gede dan yang terakhir Cibinong.

Sedangkan untuk istri Ki Maun sendiri sudah lama meninggal dunia.

"Istri saya sudah lama meninggal, anak jarang nengokin saya. Jadi kalau pulang keliling sapunya pada enggak laku langsung tidur aja."

"Kalau punya istri kan enak bisa cerita, 'sapu enggak laku nih mah, kita makan apa hari ini ya?'," ungkapnya.

Baca Juga: Suaminya Meninggal saat Pernikahan Baru Berumur 10 Bulan, Wanita Ini Mendapat Kartu Ucapan Ulang Tahun Pernikahan dari Suaminya 14 Tahun Kemudian, Begini Cerita di Baliknya

Ki Maun sendiri mengaku bahwa dirinya bukan tipe orang yang suka keluar jika sudah berada di rumah.

Ia lebih memilih untuk langsung tidur karena sudah lelah berkeliling menjajakan sapunya berkeliling.

"Rumah saya ma gubuk. Jauh dari mana-mana. Kalau mau ngobrol sama tetangga juga jauh."

"Di situ saya suka sedih. Tapi kalau dipikirin aja malah jadi pusing, makanya saya tinggal tidur aja," tandasnya.

Baca Juga: Pernah Dibikin Merugi Rp 2 Triliun oleh Mantan Suami, Beginilah Nasib Cucu Soeharto Ini Setelah Menikah ke-3 Kalinya

Ki Maun alias Tonge (71), penjual sapu keliling di wilayah Kecamatan Cipayung, Ciracas dan Pasar Rebo
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina

Ki Maun alias Tonge (71), penjual sapu keliling di wilayah Kecamatan Cipayung, Ciracas dan Pasar Rebo

Mengutip Tribun Jakarta, Ki Maun setiap harinya selalu membawa 10 sapu dan selalu diletakkan di punggungnya saat berkeliling.

Ki Maun bukannya tak mampu membawa sapu yang lebih banyak, namun ini lebih dikarenakan penjualan sapu yang kian hari kian sepi dan sulit untuk terjual.

Sehingga saat membawa banyak sapu dan tak laku, ia merasa tenaga yang dipakai menjajakan sapunya ini bisa terbuang percuma.

"Bawa 10sapuaja susah lakunya. Kalau rezeki lagi bagus bisa habis dalam satu hari itupun jualan dari pagi sampai malam."

"Tapi kan seringnya susah laku. 10 sapu ini habis 2 hari aja sudah bagus banget," sambungnya.

Baca Juga: Irwansyah Dilaporkan atas Kasus Penggelapan Dana Rp1,9 Miliar, Sarah Azhari Beri Dukungan Medina Zein untuk Melawan Orang Munafik dan Congkak

Sebenarnya Ki Maun sendiri mengaku ingin mengganti barang dagangannya menjadi barang yang lebih mudah laku dan juga kekinian.

Namun ia masih terkendala masalah modal usaha.

Ki Maun sendiri waktu masih muda bekerja serabutan untuk mengumpulkan modal usahanya.

Sedangkan di masa tuanya kini, ia hanya bisa menggantungkan penghasilan dari penjualan sapunya.

Ki Maun memilih berjualan sapu karena sistemnya yang berupa setor ketika sudah laku.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Pramugari Cantik Kepincut Pak Tarno dan Rela Dimadu hingga Istri Mark Sungkar Akui Ingin Kembali ke Orangtua

Ki Maun alias Tonge (71), penjual sapu keliling di wilayah Kecamatan Cipayung, Ciracas dan Pasar Rebo
Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina

Ki Maun alias Tonge (71), penjual sapu keliling di wilayah Kecamatan Cipayung, Ciracas dan Pasar Rebo

"Ya abisnya mau jualan lainnya modalnya enggak ada. Kalau ini kan saya ambil dulu, pulangnya setor."

"Untuksapulidi dari bos Rp 7.500 dansapulantai Rp 12 ribu," ungkapnya.

Tiap sapunya nanti akan dihargai mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu.

Harga yang dipatok ini sudah termasuk tenaga yang dikeluarkan oleh Ki Maun.

"Saya kasih harga segitu aja masih banyak ditawar. Yaudahlah saya ma selalu kasih selama kita jualan ada untungnya," tambahnya.

Baca Juga: Gara-gara Ajak Anak dan Istri ke Jepang, Wali Kota Medan Rela Palak Kepala Dinas Demi Tutup Biaya Perjalanan yang Berjumlah Rp 800 Juta

Makan Sehari Sekali

Karena penghasilan yang tak menentu, pola makan Ki Maun pun terpaksa mengikuti penghasilannya.

Jika sapunya hanya terjual satu biji saja setelah seharian berkeliling, maka Ki Maun hanya akan makan satu kali.

Ki Maun beralasan melakukan hal ini karena uangnya tak cukup.

"Saya mah makannya gampang. Yang penting setoran enggak pernah kurang."

"Yang penting kita masih ada usahanya buat cari uang tanpa mengemis," katanya.

Baca Juga: Jernih Banget! Meskipun Terkena Dampak Kerusakan dari Badai Hagibis, Jepang Dipuji Netizen Dunia Karena Tingkat Kebersihannya yang Tinggi

Meski memiliki kehidupan yang pas-pasan dan ketiga anaknya kehidupannya tak jauh berbeda, hal ini tak lantas membuat Ki Maun berhenti bersedekah.

Tiap ia berkeliling untuk menjajakan sapu, Ki Maun mengatakan selalu bertemu dengan orang-orang yang baik.

Karena sedara tiba-tiba sering dibelikan makanan atupun minuman bahkan sampai uang.

"Suka ada yang ngasih ke saya. Padahal enggak belisapu, tahu-tahu kasih uang. Kadang juga saya dibeliin makan sama kopi," jelasnya.

Uang yang diperoleh dari orang-orang ini kemudian ia kumpulkan.

Baca Juga: Viral Video Emak-emak 'Tanpa Merasa Bersalah' Terobos dan Tabrak Palang Pintu Perlintasan KA hingga Copot

Sehingga nantinya jika ada kebutuhan yang mendesak bisa ia gunakan tanpa merepotkan orang lain.

Ki Maun juga tak jarang memberikan sebagian uangnya kepada rekannya yang lebih membutuhkan.

Namun ia mengaku uang yang diberikan selama ini tak pernah dikembalikan.

"Kadang juga ada teman, janda juga dia pinjam uang buat anaknya sekolah. Saya kan kasian juga makanya saya pinjamkan."

Baca Juga: Hanya Gara-Gara Hal Sepel, Resepsi Pernikahan Anak Janda Ini tak Dihadiri Tetangga Dekat, padahal Sudah Sewa Tenda dan Kursi

"Giliran saya butuh saya tanyakan uangnya malah bilang enggak ada terus. Banyak yang begitu pokoknya," sambungKi Maun.

Meski demikian ia tetap mengikhlaskan uang tersebut.

Sebab ia sendiri sudah melupakan hal tersebut dan membiarkan begitu saja.

Baca Juga: Masa Jabatannya Akan Berakhir, Ajudan Wakil Presiden Ungkap Senjata Jusuf Kalla Pangkas Biaya Asian Games dari 8 Triliyun jadi 5 Triliyun!

Source :Tribun Jakarta

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x