"Pengungsi terbanyak bertahan di polres, kodim, gereja, mushala dan sudah didistribusikan logistik," ucapnya, seperti dilaporkan wartawan Anyong kepada BBC News Indonesia.
Selain masyarakat pendatang, masyarakat asli Papua juga ikut mengungsi ke kampung-kampung.
"Kami juga data orang asli Papua yang mengungsi ke kampung-kampung untuk diberikan logistik sebab setelah kejadian, tidak ada tempat usaha yang buka untuk mereka belanja," katanya di posko induk bantuan logistik di gedung Ukumearek Asso Wamena, Senin (30/9/2019).
"Di pengungsian ada yang sakit saya sudah perintahkan tim medis untuk datang ke tempat-tempat pengungsi.
Ada bantuan tenaga medis juga dari TNI dan Polri untuk membantu obat maupun tenaga.
Bukan hanya itu dokter-dokter, kami juga melakukan trauma healing khususnya kepada anak-anak," katanya.
Untuk meringankan korban kerusuhan di Wamena, Kementerian Sosial (Kemensos) mengirimkan bantuan senilai Rp 3,89 miliar.
"Dalam rangka penanganan penyintas pasca-kerusuhan di Wamena, Kemensos memberikan layanan pemenuhan kebutuhan dasar berupa bantuan logistik bagi kelompok rentan serta pemulihan usaha ekonomi warga," kata Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Minggu (29/9/2019).
Dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/9/2019), Kemensos menjelaskan, bantuan yang diberikan dalam bentuk penguatan dapur umum untuk sekitar 5.000 jiwa, dan 1.500 paket perlengkapan pakaian anak.
Kemudian 1.500 paket perlengkapan pakaian pria, 1.500 paket perlengkapan pakaian wanita, 2.500 matras, 1.500 tenda gulung atau terpal, 2.500 selimut, dan 100 unit bantuan usaha ekonomi produktif.
Sebelumnya, Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto mengatakan ribuan pengungsi korban kerusuhan Wamena membutuhkan bantuan kebutuhan pokok seperti pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak dan perempuan.