Kemudianmenggabungkannya dengan data paparan konsumsi dari studi hewan untuk menghitung "margin paparan," tingkat yang digunakan oleh badan pengatur termasuk FDA untuk menilai risiko kesehatan manusia.
Secara teoritis, semakin besar margin keselamatan, semakin aman produk.
"Kami menemukan bahwa untuk semua cairan mint dan mentol yang kami analisis, kisarannya adalah 300-6.000, di mana levelnya setidaknya harus di atas 10.000," kata Dr. Sairam Jabba, Associate Riset Senior di Duke University dan penulis pendamping penelitian ini.
Data awalnya dikumpulkan pada tahun 2015 pada saat banyak perangkat vapingyang menggunakan sistem tangki dengan volume yang lebih besar dan bukan pod dengan volume yang lebih kecilyang kini sering dilihat.
Merek yang kini dievaluasi oleh studi iniadalahV2 atau kini perusahaan ini kemudian dibeli oleh JUUL, serta Premium, South Beach Smoke dan Skoal mint snuff.
“Sekarang pada tahun 2019, masih ada sejumlah besar pengguna tangki, mereka seringkali adalah pengguna paling sering dan intens dari produk vaping dan kemungkinan berisiko paling tinggi terkena reaksi yang merugikan,” jelas Dr. Sven-Eric Jordt, rekan penulis studi.
Karena sifatnya yang berpotensi menyebabkan kanker, FDA melarang pulegone sebagai bahan tambahan makanan sejak tahun lalu sebagai tanggapan terhadap petisi dari kelompok konsumen.
Industri tembakau sendiri telah menyadari potensi penyebab kanker pulegone dan telah melakukan upaya untuk mengurangi kadar rokok mentol.
Namun menurut penulis penelitian, dalam cairan vapemint dan mentol yang diteliti, perkiraan paparan pulegon secara signifikan lebih tinggi daripada paparan dari rokok biasa.
Sampai sekarang, FDA sendiri belum mengatur keberadaan bahan kimia dalamrokok elektrik atu vapedan tembakau tanpa asap, yang telah dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok biasa.