Terkadang ia harus meminta bantuan orang di sekitarnya untuk melihat nilai rupiah uang yang diberikan.
Meski tak pernah kena tipu soal pembayaran barang yang dibelinya, namun sering kali pembeli berutang dan lupa bayar.
"Paling bilangnya besok dibayar, kalau sampai 4 kali saya datang tidak dibayar, biasanya saya ikhlaskan saja," kata Mbah Wardi.
Kebanyakan warga memilih menukar barang yang dimiliki dengan sepeda, tape recorder, atau kipas angin.
Mbah Wardi mengaku sempat memiliki gubuk yang didirikan di tanah warga yang merelakan tempat untuk ditinggali.
Sayangnya, karena sudah terlalu tua, gubuk dari bambu tersebut roboh karena tak pernah diperbaiki.
Sejak saat itu, Mbah Wardi memilih untuk hidup menggelandang dari poskamling ke poskamling lainnya.
Melansir Kompas.com Rabu (4/9/2019), Mbah Wardi saat ini tengah menunggu penyelesaian pembuatan rumah bantuan dari Kepolisian Resor Ngawi.
Rumah tersebut dibangun di atas tanah milik Harmanto yang mengikhlaskan lahannya dibangun rumah permanen untuk Mbah Wardi.
Polres Ngawin membangun rumah semi permanen dengan luas 4x6 meter yang bisa ditempati Mbah Wardi untuk beristirahat.