Arsilan pernah melihat ada beberapa orang yang bermain kartu di sana dan bersenda gurau.
Mereka juga bebas untuk mengambil makanan dan minuman.
Selalu ada persediaan makanan di sana, meski sangat sederhana.
Tapi ada syaratnya, siapa pun itu, jika ingin makan, harus mengambil sendiri. Jika ingin minum kopi, juga harus menyeduh sendiri.
“Ini berlaku untuk semuanya. Menurut Bung Karno, pembantu sudah capek jadi tak boleh direpotkan lagi,” kata Arsilan.
Mantra sakti
Di mata Arsilan, Bung Karno merupakan sosok yang gigih dan ikhlas.
Tapi di sisi lain, Bung Karno juga sekadar manusia biasa tidak berbeda jauh dengan orang-orang kebanyakan.
Hanya saja, si Bung Besar ini diberi kemampuan untuk menghidupi dan mengajak rakyak untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Bung Karno juga merupakan sosok spesial bagi Arsilan. Pasalnya, Presiden Pertama RI itu tidak hanya telah memberikan pekerjaan tapi juga penghidupan.
Ya, berkat Bung Karno, dan jauh setelahnya, ia bisa menyekolahkan empat orang anaknya.
Meski demikian, justru bukan pemberian materi yang membuat Arsilan begitu terkagum-kagum kepada Bung Karno.