Follow Us

Pakar Psikologi Mengatakan Bahwa Mungkin Ada Motif Lain yang Terjadi dari Kasus Polisi Tembak Polisi

Adrie P. Saputra - Sabtu, 27 Juli 2019 | 17:36
Brigpol Rangga diamankan setelah menembak mati rekannya Brigpol Rahmat (kanan)
kolase/facebook

Brigpol Rangga diamankan setelah menembak mati rekannya Brigpol Rahmat (kanan)

Tak lama, orang tua FZ datang ke kantor Polsek Cimanggis didampingi Brigadir RT dan Brigadir R.

Kedua polisi yang datang bersama orang tua FZ meminta Bripka RE untuk melepaskan FZ.

"Mereka meminta FZ dibebaskan, namun ditolak oleh Bripka RE," kata Argo saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (26/7/2019).

Namun, permintaan itu ditolak oleh Bripka RE karena kasusnya sudah ditangani kepolisian.

Pada saat itu, Brigadir RT menganggap penolakan yang dilakukan Bripka RE sedikit dengan nada kasar.

Tak terima dengan penolakan yang dilontarkan dengan nada kasar, Brigadir RT pun tersulut emosinya.

Ia mengajak Bripka RE ke sebuah ruangan yang bersebelahan dengan ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis.

Ia pun mengambil sebuah senjata api jenis HS 9, pistol genggam semi otomatis kaliber 9 milimeter yang merupakan senjata standar anggota Polri dan menghabisi rekannya

Bak kerasukan setan, Brigadir RT menembak Bripka RE secara membabi buta hingga tujuh kali tembakan.

Baca Juga: Ini Pesan Terakhir Bripka Rahmat Sebelum Ditembak oleh Juniornya Sesama Polisi, Sebut-sebut Anaknya

Rumah duka Bripka RE di Tapos, Depok, Jumat (26/7/2019).
TribunJakarta.com/Bima Putra

Rumah duka Bripka RE di Tapos, Depok, Jumat (26/7/2019).

Ketujuh peluru tembakan itu bersarang di bagian dada, leher, paha, dan perut Bripka RE.

Editor : Suar

Baca Lainnya

Latest