Dengan pernyataan sang gubernur itu, program KB "Dua Anak Cukup" seakan tidak berlaku lagi di Bali.
Koster justru menyerukan pengantin baru untuk punya empat anak. Menurutnya, tidak ada alasan lagi bagi Krama Bali untuk tidak memiliki lebih dari dua anak.
"Ini saya sampaikan melihat kondisi terkini di Bali. Anak yang menyandang nama Nyoman atau Komang (sebutan anak ketiga) sudah langka."
"Apalagi Ketut (sebutan untuk anak keempat). Padahal, sejatinya ini warisan leluhur yang begitu arif. Menurut saya, kearifan lokal harus kita jaga dan lestarikan. Untuk itu, saya imbau kepada para pengantin baru, targetkanlah empat anak agar Nyoman dan Ketut juga kebagian tempat bisa hadir di keluarga kita," kata Koster di Singaraja, Bali, pada Jumat (28/6/2019).
Hasto menjelaskan pula bahwa kependudukan merupakan sebuah struktur dalam pembangunan nasional yang harus dijaga betul proporsi dari segi rentang usianya.
Dia berharap Indonesia bisa lebih lama menikmati bonus demografi dari jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak ketimbang penduduk dalam rentang usia tidak produktif.
Pemerintah perlu menjaga angka fertilitas total 2,1 per perempuan usia subur untuk menikmati bonus demografi lebih lama.
Baca Juga: 7 Potret Peran Besar Wury Estu Handayani, Istri Maruf Amin yang Akan Segera Bergelar Nyonya Wapres
Apa yang diungkapkan Kepala BKKBN selaras dengan sejarah emas yang telah ditorehkan negeri ini, selama puluhan tahun lamanya mampu mengendalikan angka pertumbuhan penduduk.
Bahkan, Indonesia sempat meraih dua kali penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di bidang kependudukan terutama berkat program KB zaman Soeharto.
Mengutip situs Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Indonesia pernah mendapat penghargaan PBB di bidang kependudukan dua kali.