Menurut sebuah studi tentang wabah ensefalopati 2014, yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet Global Health pada tahun 2017, salah satu faktornya adalah konsumsi leci.
Ensefalopati, atau penyakit otak dapat disebabkan oleh ensefalitis.
Studi ini menemukan bahwa orangtua melaporkan anak-anak di desa-desa yang terkena dampak menghabiskan sebagian besar hari-hari mereka dengan makan leci dari kebun terdekat.
Anak-anak sering kembali ke rumah pada malam hari dan "tidak tertarik utuk makan malam".
Anak-anak yang jatuh sakit dua kali lebih mungkin melewatkan makan malam, yang menurut para peneliti, mungkin menghasilkan "hipoglikemia malam hari".
Studi Lancet mengatakan bahwa ketika kadar gula darah anak-anak turun, tubuh akan mulai memetabolisme asam lemak untuk menghasilkan dorongan glukosa.
Sampel urin menemukan bahwa dua pertiga dari anak-anak yang sakit menunjukkan bukti terpapar racun dalam biji leci, yang ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi pada buah-buahan mentah.
Baca Juga: Gara-gara Salah Hitung, 25 Siswa India Terlanjur Bunuh Diri Massal Setelah Dinyatakan Gagal Ujian
"Di hadapan racun-racun ini, sintesis glukosa sangat rusak," kata penelitian itu, yang menyebabkan gula darah dan peradangan otak berbahaya rendah.
Kumar mengatakan bahwa anak-anak yang terkena dampak "berasal dari keluarga miskin, dan mereka tidak memiliki cadangan gula, dan mereka juga kekurangan gizi".
"Hati menyimpan glikogen. Ketika kadar gula turun, hati melepaskan gula tambahan untuk menyeimbangkannya, tetapi jika tidak ada gula tambahan dan hanya ada racun, maka mereka dikeluarkan," katanya.
Pejabat negara telah mengeluarkan peringatan di seluruh distrik yang menasihati orangtua untuk memastikan bahwa anak-anak tetap terhidrasi dan tidak tidur dengan perut kosong.