SUAR.ID - Kerusuhan dan kekerasan yang meletus di demo atau aksi massa yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 melahirkan keprihatinan di sejumlah kalangan.
Sata satunya adalah para aktivis lintas kalangan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kamis (23/5) mereka bertemu untuk menyikapi aksi kerusuhan tersebut.
Setidaknya ada sekitar 96 aktivis lintas kalangan, baik dari kalangan Keraton Yogyakarta, Puro Pakualaman, Akademisi, Seniman, LSM, Lawyer, Buruh, Pegiat Sosial, Pengusaha, seperti Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, Gusti Pangeran Hario Wijoyo Harimurti, Catur Benyek Kuncoro, G Djadug Ferianto, Nana Ke Justina,
Para aktivis lintas kalangan ini sepakat menyatakan sikap untuk mengurung beberapa tokoh antagonis perwayangan, seperti Sengkuni, Pendeto Durna, Aswatamo, Kartomarmo.
Widihasto Wasana Putra, Inisiator dari kegiatan ini mengungkapkan jika dari beberapa tokoh pewayangan yang diambil masing-masing menandakan elit-elit politik yang memiliki sifat-sifat jahat yang membuat kegaduhan pada 21-22 Mei 2019.
Dari sifat-sifat tokoh pewayangan yang diambil, ada yang memiliki sifat suka menghasut, memprovokasi, fitnah, ngeyel, yang saat ini ada di panggung perpolitikan negeri ini.
"Sengkuni siapa silahkan di tafsirkan sendiri. Kami tidak perlu mengulang secara verbal, itu menjadi kewenangan polisi. Kalau di Kurawa ada 100 antagonis, ini perwakilan, ada yang suka hasut, fitnah , ngeyel, sosok itu ada di panggung politik."
"Untuk simbolnya kita masukan ke dalam kurungan, dimana kita memintanya aparat untuk memproses secara hukum," terangnya di Lobby Kantor DPRD DIY pada Kamis (23/5/2019).
Baca Juga: Berkat Jejak Digital Polisi Berhasil Ringkus Pelaku Penyebar Foto Brimob yang Dituding Polisi Asing
Menurutnya, dalam aksi yang dilakukan kemarin, sudah ada yang mendesain dan menyeting agar aksi yang dilakukan menjadi rusuh.