Yanti pun tergoda. Hingga pada suatu siang dia mendatangi kediaman Suradji. Awalnya biasa saja laiknya berkonsultasi dengan kebanyakan dukun. Yanti dibacai mantra dan disuruh meminum air putih yang sudah diludahi Suradji.
Untuk ritual selanjutnya, Yanti mesti bertemu Suradji lagi pada malam hari di perbatasan desa.
Karena tak curiga, Yanti mengiyakan ajakan Suradji. Dalam pertemuan itu Yanti diajak ke sebuah ladang tebu di belakang rumah. Suasananya betul-betul sepi dan gelap. “Ritual apa yang mesti dilakukan malam-malam begini,” tanya Yanti.
“Kalau mau ilmu yang sempurna, terlihat cantik, dan lancar rezeki, kamu mesti mengikuti ritual ini. Semua pasienku melakukannya. Jika tak percaya, tanyakan saja kepada mereka,” jawab Suradji. Yanti pun pasrah.
Sesampainya di tempat yang lebih lapang, Suradji meletakkan sebuah karung dan menghamparkan tikar kecil. Yanti diminta melepas pakaiannya. Semula wanita muda ini ragu-ragu. Tapi karena hasrat untuk terlihat cantik dan lancar rezekinya sangat besar, dia mematuhi perintah Suradji.
Yanti melepas semua pakaiannya. Mantra-mantra mulai dibacakan.
Dari dalam karung Suradji kemudian mengeluarkan sekop dan peranti lainnya. Dia membuat sebuah lubang galian kecil. Katanya, untuk ritual yang sempurna, Yanti mesti dikubur di lubang sampai sebatas leher. Istilahnya, Yanti diminta melakukan tapa pendem (bertapa dengan mengubur diri).
Nah, di sinilah Yanti mulai curiga. Namun Suradji bisa meyakinkannya kembali.
Hingga pada suatu momen, tiba-tiba Suradji membekap kencang Yanti. Secara reflek Yanti melawan karena mengira akan diperkosa. Suradji berhasil didorongnya hingga terjungkal ke lubang galian.
Begitu tubuhnya bebas, Yanti memakai pakaian sekadarnya dan melarikan diri. Malam itu Yanti pulang dengan tubuh perih karena gesekan batang-batang tebu, dengan pakaian sekadarnya.
Meski begitu, Yanti tidak menceritakan kasus ini kepada siapa pun. Sebab bercerita tentang hal ini sama artinya membuka aibnya sendiri.