Follow Us

Telah Membunuh 500 Orang, Petani Sayur Ini Disebut sebagai Pembunuh Bayaran Paling Sadis di Dunia

Moh. Habib Asyhad - Minggu, 28 April 2019 | 14:16
Ilustrasi Julio Santara, petani sayur yang dianggap sebagai pembunuh bayaran paling sadis di dunia.
New York Post

Ilustrasi Julio Santara, petani sayur yang dianggap sebagai pembunuh bayaran paling sadis di dunia.

Santana akan mengingat pembunuhan pertama itu sepanjang sisa kariernya yang berlumuran darah.

Bahkan setelah dia mengambil nyawa hampir 500 nyawa dan menjadi pembunuh bayaran paling produktif di dunia, raut wajah Yellow sesaat sebelum dia meninggal akan menghantui mimpinya selama beberapa dekade.

Santana sebenarnya memiliki sedikit aspirasi dalam hidup.

Dua korban Julio Santana
New York Post

Dua korban Julio Santana

Seperti kebanyakan pria muda di pedalaman Brasil, dia tampaknya “ditakdirkan untuk menjadi nelayan yang damai yang tinggal di kedalaman hutan hujan," tulis wartawan Brasil pemenang penghargaan, Klester Cavalcanti, dalam buku barunya The Name of Death yang mengisahkan karier Santana.

Di Brasil, buku ini juga telah diadaptasi sebagai film layar lebar.

Cavalcanti mengatakan dia menemukan Santana dalam perjalanan pelaporan ke Amazon 10 tahun yang lalu untuk menyelidiki perbudakan modern.

Baca Juga : Ibu Bunuh Diri Bawa Bayinya yang Berusia 4 Bulan di Jembatan Serayu Cilacap

“Seorang perwira polisi federal mengatakan kepada saya bahwa sangat umum di wilayah itu para peternak mengontrak par apembunuh bayaran untuk membunuh budak buron," kata Cavalcanti, 49, kepada The Post.

“Saya mengatakan kepada petugas bahwa saya benar-benar ingin mewawancarai pembunuh bayaran dan dia memberi saya nomor untuk telepon umum dan mengatakan kepada saya untuk meneleponnya pada tanggal dan waktu tertentu.”

Ketika Santana menjawab telepon di Porto Franco, kota kecil di pedalaman negara bagian Maranhao, Brasil, tempat dia tinggal saat itu, dia enggan berbicara dengan wartawan itu.

“Saya menghabiskan tujuh tahun meyakinkan dia untuk berbicara kepada saya tentang hidupnya," kata Cavalcanti.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya

Latest