Suar.ID - Seorang wanita Malaysia dilaporkan telah dibebaskan dari pembunuhan pembantu rumah tangganya (PRT) asal Indonesia.
Adelina Lisao ketika masih hidup dia telah disiksa dan dipaksa tidur di luar dengan seekor anjing.
Para aktivis pada Senin (22/04/2019), mengkritik keputusan yang "mengejutkan".
Adelina Lisao meninggal pada Februari tahun lalu setelah ditemukan di luar rumah majikannya di Malaysia dengan kepala dan wajahnya bengkak penuh luka.
Kasus Adelina menjadiberita utama dan memicu ketegangan diplomatik.
Majikannya bernama S. Ambika, dia didakwa dengan pembunuhan - suatu pelanggaran yang membawa hukuman mati wajib di Malaysia.
Namun Pengadilan Tinggi di Penang membatalkan tuduhan pembunuhan terhadapnya minggu lalu, media lokal melaporkan, tanpa mengatakan alasannya.
Pengacara HAM Malaysia Eric Paulsen menyebut keputusan itu "mengejutkan dan tidak dapat diterima".
Baca Juga : Ahmad Dhani Dikabarkan Bangkrut, Mulan Jameela Pesta Duren di Malaysia
"Ini adalah salah satu kasus pelecehan yang paling umum dan mengerikan yang pernah dicatat, namun jaksa agung entah bagaimana memutuskan untuk membatalkan dakwaan," kata Paulsen, anggota Komisi Antar-Pemerintah ASEAN untuk Hak Asasi Manusia.
Adelina Lisao diselamatkan dari rumah majikannya di negara bagian utara Malaysia, Penang, pada 10 Februari tahun lalu setelah tetangga melaporkan dia tidur dengan seekor anjing di tempat parkir tertutup.
Namun Adelina meninggal di rumah sakit karena luka yang parah.
Steven Sim, seorang anggota parlemen dari daerah tempat Adelina meninggal, mengatakan keputusan pengadilan "sama tragisnya dengan kematian Adelina".
Steven mengatakan dia telah menghubungi Jaksa Agung Tommy Thomas, yang telah bersumpah untuk menyelidiki kasus ini.
Di Indonesia, Bapak Wahyu Susilo, direktur eksekutif LSM Migrant Care, mengutuk pembebasan tersebut.
Dia mengatakan majikan mungkin telah dibebaskan karena kegagalan untuk mendapatkan saksi kunci untuk bersaksi di persidangan, dan meminta Jakarta untuk mengajukan protes.
Pembunuhannya menyebabkan kemarahan di Indonesia, dengan menteri luar negeri mencap tindakan penganiayaan itu tidak dapat diterima sama sekali. (Adrie P. Saputra/Suar.ID)