Raden Mas Panji Sosrokartono dikenal sebagai sosok yang cerdas.
Sejak kecil, Sosrokartono sudah menunjukkan kepandaiannya.
Setelah tamat dari Europesche Lagere School di Jepara, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke HBS Semarang.
Pada 1898, Sosrokartono meneruskan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda.
Ia mengambil jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur.
Dia berhasil menyelesaikan studi bahasa dan kesusastraan timur di Universitas Leiden dengan predikat summa cumlaude.
2. Pemuda Indonesia pertama yang mengenyam pendidikan di Belanda
Kakak dari Kartini ini menjadi pemuda Indonesia yang sekolah di Belanda.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Sosrokartono mengenyam pendidikan di Universitas Leiden di Belanda.
Ia juga jadi orang Jawa pertama yang meraih gelar Docterandus in de Oostersche Talen di Belanda setelah sebelumnya keluar dari Polytechnische School di Delft karena merasa tak cocok.
Selain cerdas dalam bidang pendidikan, Sosrokartono rupanya juga pintar berbahasa.
Ia menguasai Bahasa Perancis, Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol, dan Bahasa Rusia.
Ada 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Indonesia yang dikuasainya.
4. Seorang wartawan
Kakak Kartini ini bekerja sebagai wartawan perang yang meliput Perang Dunia I.
Dia berhasil menyisihkan belasan pendaftar posisi wartawan di surat kabar The New York Herald untuk bertugas melakukan kerja jurnalistik pada Perang Dunia I.
Kiprahnya di dunia internasional dimulai ketika menjadi penerjemah bahasa di Wina, Austria.
Ia dikenal Belanda sebagai Dokter Air Putih, karena dapat mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.
Dikisahkan bahwa Sosrokartono mendengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur lebih kurang 12 tahun.
Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meski sudah diobati oleh beberapa dokter.
Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga ia menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu.
Sesampainya di sana, ia langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban.
Tiba-tiba, si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik dan hari itu juga ia pun sembuh. (Ravianto)