"Fenomena ini terjadi alamiah dan tidak perlu dikhawatirkan," katanya dikonformasi Kompas.com melalui telepon.
Fenomena ini juga tidak berkaitan dengan kondisi iklim dan cuaca terkini di sekitar Jembatan Suramadu.
"Fenomena tersebut juga tidak terkait dengan cuaca ekstrem akhir-akhir ini," ujarnya.
Menurut Adi, Helocline terbentuk larena pertemuan pertemuan dua arus air laut, yang satu memiliki kandungan garam rendah, dan satunya memiliki kandungan garam yang lebih tinggi, sehingga nampak dua warna arus air laut yang sangat berbeda.
Baca Juga : Seorang Ibu Pergi Berhubungan Intim dengan Bosnya Sampai Anaknya Mati Kepanasan di Mobil
Baca Juga : Bibir Wanita Mendadak Jadi Jontor dan Penuh Nanah karena Kawat Gigi Murah
"Fenomena Helocline sering terjadi di sekitar perairan Selat Madura, karena di kawasan Selat Madura banyak muara sungai baik dari pulau Jawa maupun pulau Madura," tambahnya.
Senada dengan Adi, menurut Kasubdiv Humas Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS), Faisal Yasir Arifin, fenomena Helocline juga sudah biasa terjadi di Selat Madura.
Fenomena tersebut terjadi karena pertemuan dua jenis massa air dari sisi timur dan barat Madura yang densitasnya berbeda antara suhu, kadar garam, dan kerapatan airnya.
Dua arus tersebut tidak dapat menyatu sehingga seolah-olah seperti air yang terbelah.
Fenomena Helocline air laut di bawah Jembatan Suramadu bahkan panjangnya hingga puluhan kilometer mengarah ke daerah Sampang, Madura.
Baca Juga : Tidur Anda Kurang Nyaman? Bisa Jadi karena Bantalnya! Inilah Cara 'Tes' Kelayakan Bantal Menurut para Ahli