Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ajudan Terakhir Bung Karno Beberkan Kebohongan Soeharto dan Perilaku Aslinya Setelah Peristiwa Supersemar

Aulia Dian Permata - Senin, 11 Maret 2019 | 16:38
Soekarno dan Soeharto
Arsip Kompas

Soekarno dan Soeharto

Soekarno tidak ingin perlawanannya memicu perang sipil dan memecah belah bangsa.

"Para loyalis ini tidak tega melihat Bung Karno. Lebih baik mati bersama-sama. Sangat berisiko, tapi mereka die hard semua," ungkap Sidarto.

Baca Juga : TKW Siti Aisyah Akhirnya Dibebaskan dari Kasus Pembunuhan Saudara Tiri Kim Jong-un, Dia akan Pulang ke Indonesia

Tentang Sidarto

Sidarto diangkat menjadi ajudan Presiden Soekarno pada 6 Februari 1967.

Saat itu, pangkat Sidarto adalah ajun komisaris besar polisi.

Dia menggantikan Komisaris Besar Sumirat yang ditahan setelah terbitnya Supersemar.

Sidarto mengawal Soekarno sebagai Presiden hanya dua pekan, 6-20 Februari 1967.

Setelah itu, kekuasaan beralih kepada Jenderal Soeharto.

Sidarto tetap menjadi ajudan Soekarno meski statusnya disebut sebagai "Presiden nonaktif".

Perpindahan kekuasaan Soekarno ke Soeharto

Politisi PDI Perjuangan itu menyaksikan proses penyerahan kekuasaan eksekutif dari Soekarno kepada Soeharto pada 20 Februari 1967.

Source :Tribun Bali

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x