Suar.ID - Geisha dan Jepang menjadi dua hal yang seolah tidak bisa dipisahkan.
Maklum saja, citra Geisha yang kerap dilekatkan dengan perempuan penghibur sangat melekat dengan budaya negeri sakura tersebut.
Seorang wanita berparas cantik dan bertingkah anggun dengan wajah dirias bedak cat putih memakai kimono berwarna-warni, itulah gambaran Geisha.
Namun, banyak yang salah dari citra tersebut.
Baca Juga : Sempat Ramai Dicurigai Sebagai Alat Komunikasi Jarak Jauh, Pulpen Jokowi Ternyata Harganya Cuma Rp29 Ribu!
Geisha bukanlah pelacur, melainkan wanita yang mempertontonkan kesenian untuk menghibur tamunya, tak semua geisha merias wajah dengan cat putih dan bahkan, mereka awalnya dulu bukan wanita asli.
Ya, Anda tak salah baca. Geisha memang bukan wanita asli saat pertama kali muncul dulu.
Geisha sudah ada sejak abad ke-13 di Jepang , ratusan tahun sebelum geisha wanita muncul.
Para pria ini merias wajah mereka dengan cat putih dan melakukan ada yang dilakukan oleh geisha yang kita kenal sekarang.
Baca Juga : Ini 5 Arti Mimpi yang Sering Dialami Banyak Orang, Mulai Jatuh Hingga Gigi Copot
Mereka (geisha pria) menyajikan teh untuk para tamu, menyanyi lagu-lagu daerah Jepang, memainkan musik, menceritakan lelucon dan menari.
Tamu-tamu mereka harus dibuat senyaman mungkin seperti di rumah sendiri.
Salah satu keahlian geisha pria adalah mambuat para tamu seolah menjadi orang yang terpenting dalam ruangan tersebut dengan curahan perhatian dan hiburan.
Ini dilakukan karena tingkat stres para warga kala itu cukup tinggi sehingga datang ke rumah-rumah geisha merupakan salah satu pelarian dari kenyataan hidup yang tak menyenangkan.
Baca Juga : Inilah Pekerjaan 'Paling Buruk' di Dunia, Gajinya Sangat Kecil dan Nyawa Jadi Taruhannya
Hingga akhirnya pada tahun 1751, sebuah rumah hiburan geisha memperkenalkan 'geisha wanita'.
Harus disebut lengkap geisha wanita karena saat itu hanya dia satu-satunya dan geisha merujuk pada para pria.
Saat debut pertamanya, geisha wanita ini tak laku karena dianggap aneh dan tak mampu melakukan pelayanan sebaik geisha pria.
Dengan adanya geisha wanita pertama ini, beberapa rumah geisha mulai merekrut wanita.
Sayangnya, butuh waktu hingga tahun 1800 bagi para geisha wanita ini untuk mendapat penghargaan dan akhirnya diakui sebagai wanita penghibur yang layak.
Baru sejak saat itu posisi geisha pria mulai tergeser dan kini semua dilakoni oleh wanita.
Namun jika Anda datang ke Jepang, Anda akan banyak menemui penduduk yang sudah tua menyebut geisha wanita dengan kata 'geiko'.
Geiko merupakan bentuk kata feminim dari geisha, karena geisha, lagi-lagi tetap merujuk para pria.
Begitulah asal-usul geisha yang kita lihat saat ini. Cukup mengejutkan, bukan?
Baca Juga : Inilah Roland, Geisha Pria Tersukses di Jepang yang Mampu Dapatkan Rp1,3 Miliar Hanya dalam 3 Jam