"Itu ada dalam budaya kami dan menantu masa depan saya telah berjanji untuk menjadi suami yang berbakti kepada putri saya," ujarnya dikutip dari Sun.
Dalam upaya membenarkan pernikahan tersebut, seorang tetua komunitas Rohingnya, Hussain Ismail, bercerita bahwa tidak banyak wanita di komunitasnya sehingga masuk akal bagi pria bila memillih calon istrinya yang masih anak-anak.
Penghulu pernikahan tersebut dilaporkan juga berasal dari komunitas itu sendiri.Tetapi meski begitu, ia tidak disertifikasi oleh otoritas terkait untuk menjalankan tugas sebagai pengulu.
Baca Juga : Justin Bieber Mengaku Kecanduan Seks dan Pernah Habiskan 3 Jam di Rumah Bordil
Sudhagaran lantas menjelaskan kepada para pengungsi Rohingnya, bahwa hukum di Malaysia tidak mengizinkan pernikahan anak.
"Ini mungkin praktik yang diterima secara budaya tetapi secara moral salah di zaman modern ini,
Dan Anda harus menghormati adat istiadat Malaysia karena Anda tinggal di Malaysia di mana tindakan seperti itu dianggap dengan penghinaan,” kata Sudhagaran.
Agar pernikahan itu tidak terjadi lagi di kemudian hari, Sudhagaran pun menawarkan bantian keuangan pada keluarga tersebut.
Ia juga meminta gadis 11 tahun itu diizinkan untuk melanjutkan sekolahnya, dan juga menunda pernikahannya hingga usianya 18 tahun.
Awalnya ayah gadis tersebut menolak tetapi setelah berdiskusi selama tiga jam mereka akhirnya menyetujui hal tersebut.
Baca Juga : 3 Taktik Ini yang Digunakan Polisi untuk Buat Para Tersangka Mengaku, Bahkan Ketika Mereka Tidak Bersalah