"Pihak berwenang menaruh benda seperti helm di kepala saya, dan setiap kali saya tersengat listrik, seluruh tubuh saya akan bergetar hebat dan saya akan merasakan sakit di pembuluh darah saya," kata Tursun dalam sebuah pernyataan yang dibaca oleh seorang penerjemah.
“Saya tidak ingat sisanya. Busa putih keluar dari mulut saya, dan saya mulai kehilangan kesadaran, ”kata Tursun. "Kata terakhir yang saya dengar mereka mengatakan adalah kamu menjadi seorang Uighur adalah kejahatan."
Sampai akhirnya Tursun dibebaskan sehingga bisa membawa anak-anaknya kembali ke Mesir.
Selama di Kairo, Tursun menghubungi otoritas AS pada bulan September lalu, dan pergi ke AS untuk menetap di Virginia.
Diperkirakan, sejak April 2017, pemerintah China telah menahan 800.000 hingga mungkin lebih dari 2 juta warga Uighur, Kazakh dan Muslim lainnya di kamp-kamp pendidikan ulang politik.
Menurut kelompok hak asasi manusia seperti dilansir dari japantimes.co, mereka menjadi sasaran bentuk pengawasan yang sangat invasif dan tekanan psikologis, dipaksa meninggalkan bahasa asli, keyakinan agama dan praktik budaya mereka.
Baca Juga : Detik-detik Amblesnya Jalan Gubeng Surabaya, Diiringi Teriakan Histeris