Dia tak akan membebaskan sandera bila pemerintah Indonesia, Inggris, dan Belanda tak mau mengakui kemerdekaan Papua.
“Saya tak percaya. Perasaan saya hancur, kecewa, begitu pula orang lain.
Ya, sandera itu semuanya kaget. Mereka tak percaya apa yang mereka dengar. Bagaimana tidak? Para sandera sudah susah payah mempersiapkan pesta pelepasdn. Mefeka sudah berharap, supaya segera bebas dan keluar dari sana," kata Fournier.
Tak pelak suasana di lapangan pesta agak kacau.
Baca Juga : BREAKING NEWS: Jose Mourinho Resmi Dipecat dari Manchester United
Setelah pidato Kwalik, pimpinan GPK lainnya kelihatan bingung dan saling bertanya.
Salah satu di antara mereka berkata. "Tidak! tidak begini. Kami sudah buat perjanjian. Kita sudah berpesta, sudah menyembelih babi. Bahkan sudah sama-sama menyantap makanan pesta itu. Kami akan bicara dengan Kelly Kwalik. Ini tidak baik," katanya.
Sementara hari menjelang senja, suasana makin tak menentu. GPK menyuruh ICRC datang lagi esok hari, untuk menjemput sandera.
Nampaknya, di antara sesama GPK penculik itu terjadi perdebatan. ICRC memutuskan kembali ke pos, untuk membiarkan pihak GPK berdiskusi.
Hari Kamis 9 Mei, ICRC kembali lagi ke Geselema.
Tujuannya mengajak Kwalik berbicara. Pimpinan GPK itu tetap mengulangi tuntutannya, malah meminta senjata api laras panjang.
"Kami sudah tiga bulan +berusaha menjadi penengah misi kemanusiaan ini, tapi di hari terakhir kami dikhianati. Kami ditipu. ICRC menyatakan tak sanggup lagi berdialog dengan GPK," kata Fournier menahan emosi.