Anak-anak sedang bermain bersama sementara para bayi sedang digendong oleh pengasuh yang memang bertugas untuk menjaga mereka.
Tujuh orang pengasuh dipekerjakan untuk merawat dan memenuhi kebutuhan anak-anak ini.
Maklum saja, anak dengan HIV/AIDS butuh perawatan lebih sebab mereka lebih rentan terserang sakit. Mereka juga perlu minum obat yang cukup banyak setiap harinya.
Meski mereka tahu bahwa mereka sakit, tak satu pun anak-anak itu terlihat sedih atau murung.
"Dulu awalnya saat mereka baru datang ya sedih, depresi. Beberapa anak juga mengurung diri dan menolak berbicara. Trauma," kata Yunus.
"Merawat anak-anak ini gampang-gampang susah. Namanya masih kecil, mereka sering rewel dan bosan, tidak mau minum obat. Padahal dengan obat-obatan itu mereka bisa bertahan hidup," lanjutnya.
Yunus dan Puger sendiri tidak menderita HIV/AIDS. Keduanya sehat dan punya keluarga (istri, anak).
Namun kedua pria paruh baya ini menghabiskan hari-harinya melindungi anak-anak ini.
Yunus sehari-hari bekerja di sebuah Lembaga Penyuluhan HIV/AIDS di Surakarta, sementara Puger bekerja sebagai tukang parkir di sepanjang jalan Slamet Riyadi.
Dengan latar belakang keduanya yang seperti itu, kenapa Yunus dan Puger rela mengorbankan banyak hal demi Yayasan Lentera?