Tak lama kemudian, pada Januari 2013, kondisi kesehatan Anik semakin drop. Ia didera TBC dan penyakit ikutan lainnya. Ia pun mesti menjalani perawatan di RS Kariadi.
“Saat itu, teman-teman dari sekolah datang, memberi support dan mendukung saya,” ucapnya.
Beruntungnya Anik karena ia punya keluarga dan orang-orang sekitar yang selalu mendukungnya. Lebih dari itu, mereka tidak pernah mendiskriditkan Anik.
Dan yang lebih beruntung lagi, Anik bertemu dengan Ahmadi (44).
Anik mendapatkan dukungan spesial dari Ahmadi, lelaki asal Mrangen, Demak, Jawa Tengah.
Pria ini memantapkan hati mempersunting Anik saat perempuan tersebut berada di titik nadir kehidupan.
Keduanya pun melansungkan pernikahan di Klaten, tempat kelahiran Anik—meski beru satu bulan berkenalan.
“Saya kenal lewat seorang teman. Saya tahu kondisi Anik, saya menikahinya dengan penuh kesadaran,” tutur Ahmadi.
Ada yang unik ketika prosesi akad nikah.
Sesaat setelah akad nikah, masih belum beranjak seusai mengucap ijab-kabul, Ahmadi langsung mengumumkan bahwa ANik positif HIV/AIDS.
Bagi beberapa orang, itu adalah langkah yang cukup mengherankan sekaligus mengagetkan sebagian besar hadirin yang datang.