Suar.ID -Plaza Timor kini Nyaris Dikuasai China, Terbongkar Maksud Tersembunyi Negeri Tirai Bambu Kirim 4.000 Warganya Menetap di Timor Leste.
Usai lepas dari Indonesia, banyak warga asing yang pindah dan menetap di Timor Leste.
Salah satu yang menarik perhatian adalah banyaknya warga China yang pindah ke Timor Leste.
Sebanyak 4.000 masyarakat China pindah ke Timor Leste.
Kini, terungkap alasan ribuan masyarakat China berbondong-bondong ke negara kecil itu.
Diketahui, orang Timor Leste adalah keturunan dari tiga gelombang pendatang.
Gelombang pertama yang menetap di pulau itu terkait orang-orang Vedo-Australoid yang berhubungan dengan orang Sri Lanka, tiba antara 40.000 dan 20.000 SM.
Gelombang kedua dari orang-orang Melanesia sekitar 3.000 SM membawa penduduk asli, yang disebut Atoni, ke pedalaman Timor.
Gelombang orang-orang Melanesia diikuti oleh orang Melayu dan Hakka dari China selatan.
Diketahui, salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Timor Leste adalah China.
Tak disangka, China rupanya juga menyediakan banyak biaya pembangunan bagi Timor Leste.
Selain memberikan pinjaman utang dalam proyek Tasi Mane, diketahui ada 4.000 orang China yang menetap di Timor Leste.
Warga asal China tersebut mendirikan basis ekonomi, mulai dari skala kecil hingga besar.
Diwartakan South China Morning Post, di Plaza Timor, nyaris semua toko dan tempat perbelanjaan dimiliki oleh orang Tionghoa.
Salah satu pedagangnya bernama Ma Liyu, seorang wanita yang mengaku berasal dari kota Ningde di Provinsi Fujian, China memberikan kesaksiannya.
Ma Liyu datang jauh-jauh ke Timor Leste untuk berdagang daun teh dan aksesoris handphone.
Ia memutuskan pindah sejak 11 tahun lalu.
Lantaran, ia mendengar kabar akan sangat mudah untuk menghasilkan uang di negara Timor Leste.
Tentu saja prosesnya tidak mudah,
Ma Liyu menuturkan, dirinya sempat ditipu oleh imigran China lainnya.
Bahkan, ia harus kehilangan tabungannya sebanyak 70.000 dollar AS (Rp 100 juta kurs 2021).
Mica Barreto Soares, seorang peneliti tentang hubungan China-Timor-Leste dan kontributor Routledge Handbook of Contemporary Timor-Leste 2019 mengungkap penelitiannya.
Ia memperkirakan, sekitar 4.000 Migran China tinggal di negara itu pada 2019.
Mereka telah mendirikan 300 hingga 400 perusahaan bisnis.
"Ini termasuk menjual barang-barang murah dan bahan bangunan, serta menjalankan restoran, hotel, rumah bordil, warung internet, dan pompa bensin," tulisnya.
Namun, Kedutaan Besar China di Dili tidak pernah merilis angka tentang berapa banyak warganya yang berada di Timor Leste.
Bahkan, banyak yang mungkin tidak mendaftarkan kehadiran mereka di kedutaan atau memperpanjang visa mereka.
Sehingga, sulit untuk menentukan jumlah pastinya.
Graeme Smith, seorang peneliti di Departemen Urusan Pasifik dari Universitas Nasional Australia dan pembawa acara The Little Red Podcast, yang menangani urusan China juga mengungkap penelitiannya.
Ia mengatakan, China melihat kepentingan strategis dalam mengakui Timor Leste terlebih dahulu.
Lantaran, persaingan geopolitik dengan Taiwan serta potensi Selat Wetar yang dipandang sebagai jalur pelayaran alternatif ke Selat Malaka.
Baca Juga: Ngebet Pengin jadi Presiden Timor Leste, Pria Ini malah Dipecat dari Pekerjaannya
"Alasan tergesa-gesa China dalam mengakui Timor Leste pada 2002, sebagian karena Timor Leste sebagai negara bangsa terbaru di dunia dan salah satu yang diminati oleh para diplomat Taiwan,” kata Smith.
Soares mengatakan, nilai investasi China di Timor Leste "sangat-sangat kecil" dibandingkan dengan Indonesia dan Australia.
Namun, investasi infrastrukturnya lebih terlihat.
China membantu membangun kementerian luar negeri Timor Leste, kementerian pertahanan dan gedung-gedung kantor kepresidenan dan jaringan listrik negara serta jalan raya lintas negara.