Ogah Pakai Bahasa Indonesia, Timor Leste Mantap Gunakan Dialek Ini Sebagai Bahasa Nasional, Sejarahnya jadi Sorotan

Kamis, 02 Desember 2021 | 08:02
ist

Ini alasan Timor Leste tak gunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional.

Suar.ID -Ogah Pakai Bahasa Indonesia, Timor Leste Mantap Gunakan Dialek Ini Sebagai Bahasa Nasional, Sejarahnya jadi Sorotan.

Timor Leste pernah menjadi bagian dari Indonesia.

Namun, akhirnya negara ini merdeka berdaulat penuh pada 20 Mei 2002.

Meski pernah menjadi negara bekas koloni Indonesia, namun Timor Leste memiliki bahasa yang berbeda dengan Indonesia.

Baca Juga: Nyesel Merdeka? Timor Leste Dikabarkan Akan Bangkrut Setelah Cadangan Minyak Menipis hingga Dijuluki Negara Termiskin di Dunia

Bahasa resmi yang digunakan di negara Timor Leste adalah Tetum dan Portugis.

Terdapat total 16 bahasa asli, yaitu Tetum, Galole, Mambae dan Kemak yang paling utama dipakai, melansir Facts and Details.

Menurut CIA World Factbook, Tetum menjadi bahasa yang digunakan paling luas di Timor Leste.

Baca Juga: 100 Ribu Warga Timor Leste Pontang-Panting Kabur Cari Perlindungan, Indonesia Satu-satunya Jalan Keluar, Bumi Lorosae Sempat Porak Poranda Gegara Pria Ini

Berdasarkan sensus 2004, 85 persen warga mengklaim kemampuan berbicara bahasa Tetum, 58% bahasa Indonesia, dan 21% bahasa Inggris.

Tetum sendiri dianggap sebagai bahasa yang tidak berkembang.

Akhirnya, seluruh bisnis resmi negara menggunakan bahasa Portugis, diwartakan New York Times.

Kira-kira 13,5% warga Timor Leste berbicara Portugis, 43,3% berbicara Bahasa Indonesia, dan 5,8% berbicara Inggris.

United Nations

Potret upacara bendera di Timor Leste.

Baca Juga: Dulu Bilang Indonesia Negara Penjajah, Sekarang Kata-kata Mantan Perdana Menteri Timor Leste Ini Sudah Berubah

Meski digunakan secara luas, tetapi hanya 46,2% berbicara Tetum Prasa, bentuk Tetum yang dominan di distrik Dili.

Tetum, Galoli, Mambai dan Tokodede termasuk ke dalam bahasa Austronesian.

Sedangkan Bunak, Kemak, Massai, Dagada, Idate, Kairui, Nidiki dan Baikenu adalah lidah non-Austronesian.

Lewat konstitusi negara, keragaman bahasa ini diabadikan demi mencegah kerumitan bahasa.

Baca Juga: Waduh Kacau! Banyak Orang Timor Leste Ketahuan Masuk Indonesia Secara Ilegal, Nyesel Pisah dari Ibu Pertiwi?

Pada akhirnya, Tetum sendiri menjadi tidak berguna di luar Timor Leste.

Meski banyak dipahami oleh hampir seluruh warga Timor Leste dan menjadi bahasa perdagangan, namun kosa katanya sangat terbatas.

Bahkan, tidak dimengerti oleh mereka yang tinggal di luar pulau itu.

Sementara itu, bahasa Portugis hanya dipakai oleh 10% warga Timor Leste.

Intisari.grid.id
Intisari.grid.id

Militer Timor Leste.

Baca Juga: Nasib Timor Leste Menyedihkan usai Pisah dari NKRI, Xanana Gusmao malah Sebut Hubungan dengan Indonesia Ibarat Cinta tak Harus Memiliki

Namun, bahasa ini lebih diperkenalkan lagi dalam pemerintahan, pengadilan, dan sekolah.

Tetum adalah Lingua franca (bahasa asli) dan bahasa nasional Timor Leste, yang merupakan bahasa Melayu-Polinesia yang dipengaruhi oleh bahasa Portugis, yang memiliki status yang sama sebagai bahasa resmi

Fataluku, bahasa Papua yang banyak digunakan di bagian timur negara (sering kali lebih banyak daripada bahasa Tetum) memiliki pengakuan resmi di bawah konstitusi.

Seperti halnya bahasa asli lainnya, termasuk: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede dan Wetarese.

Baca Juga: Terlanjur kena Rayuan Maut Pengusaha Timor Leste hingga Tinggalkan Anang Hermansyah, Krisdayanti Gigit Jari saat Tahu Raul Lemos Ternyata Bukan Duda: Saya Terpukul Berhubungan dengan Suami Orang

Tetum telah menjadi bahasa asli Timor Leste sejak paruh kedua abad ke-19.

Bahkan, menjadi bahasa sehari-hari di gereja.

Pada saat Timor Leste di bawah kekuasaan Portugis, semua pendidikan dilakukan melalui media Portugis, meski bersama dengan bahasa Tetum dan bahasa lainnya.

Secara khusus, Portugis mempengaruhi dialek Tetum yang diucapkan di ibu kota, Dili yang dikenal sebagai Tetun Prasa.

Baca Juga: Nasibnya Beda Banget dengan Suami Krisdayanti, Adik Raul Lemos Ternyata Harus Lakukan Hal Ini Demi Cari Sesuap Nasi

Dialek ini merupakan lawan dari versi yang lebih tradisional berbicara di daerah pedesaan, yang dikenal sebagai Tetun Terik.

Tetun Prasa adalah versi yang lebih banyak digunakan.

Bahkan, sekarang diajarkan di sekolah-sekolah.

Meskipun tidak lagi menjadi bahasa resmi, Bahasa Indonesia, bersamaan dengan bahasa Inggris, memiliki status ‘bahasa kerja’ di bawah Konstitusi.

Baca Juga: Idul Fitri Tak Bisa Bersama Krisdayanti, Raul Lemos Baru-baru Ini Dikabarkan Ngamuk karena Mengetahui Masalah Ini

Bahasa Indonesia juga masih digunakan secara luas.

Apalagi, di antara pemuda yang dididik sepenuhnya di bawah sistem Indonesia, yang penggunaan bahasa Portugis atau Tetum malah dilarang.

Bagi banyak orang Timor-Leste yang lebih tua, bahasa Indonesia memiliki konotasi negatif dengan rezim Suharto.

Namun,banyak orang muda telah menyatakan kecurigaan atau permusuhan terhadap penggunaan kembali bahasa Portugis, yang mereka lihat sebagai 'bahasa kolonial' dengan cara yang sama seperti orang Indonesia melihat bahasa Belanda.

Baca Juga: Hampir Setahun Raul Lemos tak Kunjung Pulang dari Timor Leste, Krisdayanti Sedih Rayakan Lebaran tanpa Suami: Mudah-mudahan Semuanya Bahagia

Sementara itu, budaya dan bahasa Belanda memiliki pengaruh yang kecil terhadap budaya Indonesia, budaya Timor Timur dan Portugis menjadi saling terkait.

Terutama melalui perkawinan silang, seperti halnya bahasa.

Pemuda Timor Leste juga merasa dirugikan dengan penggunaan bahasa Portugis.

Mereka menuduh, para pemimpin negara itu menyukai orang-orang yang baru saja kembali dari luar negeri.

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber New York Times, The Guardian, Facts and Details, CIA World Factbook