Suar.ID -100 Ribu Warga Timor Leste Pontang-Panting Kabur Cari Perlindungan, Indonesia Satu-satunya Jalan Keluar, Bumi Lorosae Sempat Porak Poranda Gegara Pria Ini/
Jauh sebelum berdiri sendiri sebagai sebuah negara, Timor Leste adalah bagian dari Indonesia.
Namun, wilayah Timor Leste yang sebelumnya bernama Timor Timor ini kemudian melepaskan diri dari Indonesia.
Timor Leste memerdekakan diri pada 2002.
Setelah itu, negara tersebut berdiri sendiri sebagai sebuah negara.
Kini, terhitung sudah 19 tahun Timor Leste memisahkan diri dari NKRI.
Nyaris 2 dekade Timor Leste merdeka, nampaknya mendirikan sebuah negara tak semudah yang dipikirkan.
Usai merdeka, tak lantas membuat Timor Leste langsung bisa berkembang menjadi sebuah negara yang maju.
Justru, negara itu dirundung masalah besar.
Malah pada awal kemerdekaanya saja, negara ini pernah dikacaukan hanya oleh satu orang.
Orang yang sanggup mengacaukan Timor Leste tersebut adalah Alfredo Reinaldo.
Alfredo Reinaldo adalah seorang mayor angkatan bersenjata Timor Leste, FDTL, yang ikut berjuang memberikan kemerdekaan bagi Timor Leste.
Dia seorang nasionalis, bumi Lorosae yang ingin Timor Leste bebas dari Indonesia pada waktu itu.
Keahliannya di bidang militer juga tidak kaleng-kaleng.
Berpangkat mayor di FDTL, Alfredo Reinaldo adalah orang yang sangat mahir di bidangnya.
Dia pernah mengenyam pendidikan militer di Australia.
Bahkan, hal inimembuatnya menjadi sosok berbahaya di FDTL.
Padahal para perwira di FDTL adalah mantan akombatan Fretlin yang pernah berhadapan dengan ABRI semasa konfrontasi dengan Indonesia.
Sayangnya, pendidikan militer yang mentereng itu tak membuat Reinaldo memiliki masa depan yang baik di Timor Leste.
Dia justru didiskriminasi oleh Panglima FDTL, Brigjen Taur Matan Ruak.
Reinaldo diperlakukan rasis karena dia berasal dari daerah Timor Leste bagian timur.
Karena itu, dia marah pada Ruak.
Pada Mei 2006 bersama 600 anggita FDTL melakukan desersi sebagai protes atas perlakukan itu.
Ruak yang geram justru memecat semua anggota yang melakukan protes massal.
Kemarahan makin memuncak, Reinaldo melakukan aksi rusuh dan membuat satu negara porak-poranda.
Reinaldo melakukan taktik gerilya mirip Fretlin ketika menyerang FDTL, sama dengan yang dilakukan ketika melawan Indonesia.
Lama-lama, Timor Leste dirundung kerusuhan dan pertikaian antar etnis terjadi.
Ratusan rumah dibakar dan dijarah.
100.000 warga Timor Leste mengungsi ke perbatasan Indonesia di NTT untuk mencari perlindungan.
Karena situasi makin gawat, militer Indonesia lagi-lagi ikut berjaga-jaga di perbatasan.
Keadaan semakin kacau dan pemerintah tak bisa mengendalikannya, mereka sampai meminta bantuan ke Australia, Portugal, Selandia Baru dan Malaysia.
Sebanyak 150 militer Australia pun dikerahkan.
Tak lama setelah pasukan Australia datang, rumah Menteri Dalam Negeri, Regeria Lobato dibakar.
Bahkan, istri dan lima anaknya tewas.
Tentara resmi kebingungan dan menembaki markas polisi.
Padahal, ada personil PBB di dalamnya.
Puncaknya 11 Februari 2008, Reinaldo menyerang presiden Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao di rumahnya.
Ramos Horta tertembak dan nyaris mati.
Sementara itu, Xanana selamat.
Pada akhirnya, Reinaldo tewas tertembak oleh tentara FDT, yang menjaga rumah Ramos Horta.
Lalu, PBB turun tangan.
Butuh waktu 6 bulan bagi PBB untuk memulihkan situasi Timor Leste.