Kisah Heroik para Dokter yang Berjuang Melawan Pasien Virus Corona yang Bertumbangan, dari Diancam Dibunuh oleh Pasien hingga Disepelekan oleh Bos Rumah Sakit

Minggu, 02 Februari 2020 | 12:15
CNS Photo

Suar.ID -Wabah virus corona yang menjangkiti hampir 12.000 orang di China sejak Desember 2019 menghadirkan kisah tak hanya dari mereka yang diisolasi.

Namun juga dokter dan perawat yang menjadi ujung tombak untuk merawat para pasien, di mana mereka mengalami penyiksaan hingga bekerja berlebihan.

Seperti yang dialami oleh dokter di Wuhan, kota asal penyebaran virus corona.

Dia mengaku belum pulang ke rumah selama dua pekan.

Baca Juga: Pria yang baru Sembuh dari Virus Corona Ini Berhasil Menemukan Cara Simpel dan Murah Meriah agar dapat Membasmi Wabah Mematikan Wuhan: Aku Baik-baik Saja!

Selain itu, dia juga tengah menjalani giliran jaga malam, di mana terdapat 150 pasien tengah mengantre untuk mendapat perawatan.

"Seluruh pasien gelisah. Beberapa orang bahkan menjadi putus asa karena harus menunggu hingga berjam-jam," ucapnya dikutip SCMP Sabtu (1/2/2020).

Dia mengaku sangat khawatir sebab dia mendengar, salah satu pengantre yang terlalu lama menunggu sudah mengatakan siap menikam tim medis.

"Saya begitu gelisah. Membunuh kami tidak akan mengurangi jumlah antrean, bukan?" kata dokter yang tidak disebutkan namanya itu.

Baca Juga: Lebih Gawat dari Wabah SARS 2003, Terungkap Alasan Virus Corona Lebih Sulit Diatasi Hingga Memakan Ratusan Korban Jiwa

Kekhawatirannya beralasan, sebab pada Rabu (30/1/2020), dua dokter di Rumah Sakit Keempat Wuhan dilaporkan disiksa oleh salah satu keluarga pasien.

Bahkan berdasarkan laporan harian China Beijing Youth Daily, pakaian pelindung salah satu dokter itu dirobek di area yang terinfeksi.

Dokter itu melanjutkan, emosi publik menjadi labil karena rumah sakit sudah mencapai kapasitas maksimum sejak infeksi virus corona menjadi masif pada awal Januari.

Twitter AS Breaking
Twitter AS Breaking

Dokter yang tewas di rumah sakit karena virus Corona.

Baca Juga: Kejam! Takut Tertular Virus Corona, Kucing dan Anjing di Lempar Pemiliknya dari Jendela Apartemen

"Banyak yang tidak mendapat tempat tidur. Namun apa yang bisa kami lakukan?" tanyanya seraya menambahkan, tim medis begitu kelelahan, sebab mereka bekerja tanpa henti, bahkan di tengah malam, jam kerja mereka begitu padat.

"Kami dikelilingi pasien yang terus batuk di samping kami," ungkapnya.

Pada Sabtu waktu setempat, pemerintah pusat mengumumkan bahwa virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan, Wuhan, itu sudah membunuh 259 orang.

Kemudian hampir 12.000 orang terinfeksi, membuat patogen dengan kode 2019-nCov itu melampaui catatan wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) pada 2002-2003.

Baca Juga: Menyayat Hati, Seorang Balita yang Terkena Virus Corona Harus Dikarantina, Ayahnya Tak Kuasa Menahan Tangis ketika Anaknya Minta Sebuah Pelukan Hangat

PadaKamis (30/1/2020), Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat karena menyoroti kemungkinan virus itu menjangkiti negara dengan sistem kesehatan lemah.

Beijing menyatakan, mereka mengerahkan lebih dari 6.000 tim medis untuk membantu kolega mereka yang kelelahan, baik di Wuhan dan Provinsi Hubei.

Namun, meski 500.000 dokter dan perawat di Hubei memutuskan membatalkan libur Tahun Baru Imlek, kemampuan fasilitas medis sudah mencapai batasnya.

Dokter militer yang dikirimkan memang memberikan bantuan penting.

Xinhua
Xinhua

Baca Juga: Berhasil Pulang Ke Indonesia Sebelum Virus Corona Menyebar, Begini Cerita Mahasiswa Indonesia yang Berhasil Keluar Dari Wuhan: Ketika Pas Masuk Bandara Detect Oleh Thermal Cam Disuruh Minggir

Namun seorang sumber mengatakan, mereka masih kekurangan tenaga.

Dia menuturkan, mereka harus membagi waktu antara menjalani pemeriksaan bagi terduga pengidap dan merawat pasien positif.

"Namun dengan kehadiran kami (dokter militer) di sini, setidaknya rekan-rekan di Wuhan bisa istirahat dan tidur 1-2 jam," ujar sumber tersebut.

Belum lagi tantangan lain seperti kekurangan sejumlah peralatan penting, meski mereka sudah mendapat bantuan tambahan.

Baca Juga: Pahlawan ini Nasibnya sungguh Tragis, Dokter 62 Tahun Tewas Gara-gara Terinfeksi Virus Corona setelah Tertular dari Ratusan Pasien yang Dia Rawat

Dokter di Rumah Sakit Tongji mengungkapkan, dia harus mengenakan pakaian hazmat yang sama selama 10 jam karena kekurangan pasokan.

Dia menjelaskan, pakaian pelindung tersebut harus diganti setiap kali mereka masuk ke dalam zona infeksi virus corona.

"Saya mengenakan popok dewasa dan minum sedikit air selama jam jaga, sehingga saya tidak perlu ke toilet. Hal yang sama juga dirasakan teman-teman lain," paparnya.

Koran Wuhan, Yangtze Daily, melaporkan pada pekan lalu bahwa kota itu menerima 10.000 pak pakaian pelindung, 800.000 masker pernapasan N95. Kemudian 5 juta masker sekali pakai, hingga 4.200 pasang google.

Baca Juga: Membentengi Diri dari Virus Corona dengan Jahe Merah, Apa Sih Khasiat Rempah yang Satu Ini?

"Pada dasarnya, persediaan telah tercukupi, dan kekurangan teratasi," ulas harian itu.

Namun dokter di Tongji itu mengaku ragu-ragu, sebab mereka sudah mempunyai pengalaman mengenai kualitas bantuan peralatan yang dikirimkan.

"Ada beberapa alat berkualitas rendah yang gampang pecah. Saya tak tahu siapa yang membelinya ke rumah sakit. Seakan mereka ingin membunuh tim medis," keluhnya.

Pada Kamis, unit bedah saraf di Rumah Sakit Unit Wuhan menuturkan mereka butuh banyak perlengkapan medis, termasuk goggle dan masker N95.

Baca Juga: Viral Foto Diduga Mayat Bergelimpangan Akibat Virus Corona dengan Keterangan 'Azab untuk China Komunis', Ternyata Ini yang Sebenarnya terjadi

Unggahan di sosial media Weibo itu sudah mencakup donasi finansial, termasuk detil rekening bank, dan nomor telepon siapa yang harus dihubungi.

Salah satu nomor telepon yang dihubungi, mengaku hanya bernama Cheng, berkata bahwa yang mereka butuhkan adalah pakaian pelindung sekali pakai.

"Tanpa baju itu, dokter tidak bisa datang melakukan kontak dengan pasien untuk merawat mereka. Jadi, pekerjaan kami sangat terpengaruh tanpanya," bebernya.

Cheng melanjutkan, mereka sudah mendapatkan banyak donasi publik setelah permohonan mereka menjadi viral.

Baca Juga: Dokter Spesialis Ini Beberkan Cara Penyebaran Virus Corona lewat Hal yang Kerap Ditemui di Indonesia Ini: Masih Mungkin

Meski begitu, kualitasnya tidak sesuai yang diharapkan.

Dengan segala keterbatasan yang mereka hadapi, dokter di Rumah Sakit Uni Wuhan masih bisa memberikan perawatan yang terbaik bagi pasien.

"Bagaimana pun, tugas kami adalah melayani masyarakat," kata Cheng yang mengaku bekerja selama 15 sampai 16 jam dalam sehari.

Dokter lain mengungkapkan bagaimana dia sempat marah ketika melihat pimpinan rumah sakit mengenakan masker berkualitas baik.

"Saya begitu kecewa. Bos besar memakai masker bagus. Sementara kami yang berada di garda terdepan hanya mengenakan masker biasa. Apa yang bisa saya katakan?" tukasnya.

(Kompas.com)

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Kompas.com, South China Morning Post, China Beijing Youth Daily

Baca Lainnya