Suar.ID -Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (Putra Mahkota Uni Emirat Arab) belakangan ini menjadi sorotan setelah pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Agenda pertemuan tersebut adalah untuk membicarakanrencana pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur.
Presiden Jokowi merencanakan pemindahan ibu kota dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur melibatkan berbagai tokoh dunia.
Berbagai tokoh tersebut diantaranya adalah, Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (Putra Mahkota Uni Emirat Arab), ada pula Masayoshi Son (CEO SoftBank), dan Tony Blair (mantan Perdana Menteri Inggris).
Ketiganya ditunjuk sebagai Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru.
Satu hal yang mencuri perhatian, ketika Presiden Jokowi menyinggung gaji untuk para Dewan Pengarah Ibu Kota.
Khususnyabayaran untuk Putra Mahkota Uni Emirat Arab, Zayed Al Nahyan yang dikenal sebagai tokoh dunia yang kaya raya.
Presiden Jokowi sampai tertawa saat berargumenmengenai gaji untuk Syekh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Melansir dari Kompas.com, alasan Jokowi melibatkan sejumlah tokoh dari luar negeri tersebut adalah agar Indonesia bisa mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional.
"Yang ingin kita bangun adalah trust (kepercayaan), membangun trust. Beliau-beliau ini memiliki pengalaman yang baik di bidang pembangunan kota," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Jokowi juga mengatakan jika para tokoh internasional yang menjadi Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru tersebut tidak akan mendapatkan gaji dari pemerintah RI.
Seraya tertawa, Jokowi mengaku Indonesia tak akan kuat jika harus menggaji tokoh-tokoh kaya raya itu.
Jokowi lantas mencontohkan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed yang ditunjuk sebagai ketua dewan pengarah.
Dia menyebutkan, kekayaan Pangeran UEA itu mencapai 1,4 triliun dollar AS.
Bahkan membayangkan nominal gaji yang sesuai dengan kedudukannya saja membuat Presiden Jokowi mengaku tak kuat.
"Enggak kuat menggaji beliau, 1,4 triliun dollar AS bayangin saja," kata Jokowi saat berbincang dengan wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Hal yang sama juga berlaku bagi Bos Softbank, Masayoshi Son dan mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair yang menjadi anggota Dewan Pengarah Ibu Kota.
Meski demikian, Jokowi menyebut ada keuntungan yang bisa didapatkan ketiga tokoh tersebut dengan menjadi Dewan Pengarah pembangunan Ibu Kota baru Indonesia.
Menurut Jokowi, ketiga tokoh itu merasa mendapat penghargaan yang tinggi.
"Penghargaan yang tinggi. Kita negara besar loh, penghargaan untuk duduk di "Dewan Pengarah Perpindahan Ibu Kota, kerja besar dan akan menjadi sejarah," kata Jokowi.
Dewan Pengarah
Jokowi menuturkan, tokoh asing yang dipilih sebagai Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru itu sudah mempunyai pengalaman dan reputasi baik di dunia internasional.
"Misalnya Syekh Mohamed bin Zayed memiliki pengalaman dalam merombak total Abu Dhabi, membangun kota baru namanya Masdar City. Dan memiliki reputasi yang sangat baik di dunia," kata Jokowi.
"Kemudian yang kedua Masayoshi Son juga mempunyai reputasi yang baik di bidang teknologi, di bidang keuangan. Figur-figur seperti ini yang diperlukan."
Baca Juga: Ridwan Kamil Kritisi Ibu Kota Baru, Bisa Bikin Penghuninya Tidak Betah
"Kemudian Tony Blair juga sama, mempunyai reputasi yang baik di bidang pemerintahan," sambungnya.
Jokowi meyakini dengan keberadaan tokoh-tokoh tersebut sebagai ketua dewan pengarah, maka Indonesia akan makin mendapat kepercayaan dunia.
Dampaknya, banyak negara akan tertarik berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru RI di Penajam Passer Utara-Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
"Saya kira memang ingin kita bangun trust internasional pada apa yang ingin kita kerjakan," ucap Jokowi.
(Tribunnews Wiki dan Kompas.com)