Jawa Diprediksi 'Kehabisan Air' Tahun 2040, Diduga Menjadi Salah Satu Alasan Pindahnya Ibu Kota ke Kalimantan

Jumat, 11 Oktober 2019 | 08:00
BMKG

Suar.ID -Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6% potensi air di dunia, tapi pulau terpadat diIndonesia terancam kehabisan air.

Dilansir dari BBC, sumber air melimpah Indonesia tercantum dalam laporan badan kerja sama lintas negara, Water Environment Partnership in Asia (WEPA).

Namun, kajian resmi pemerintah memprediksi Jawa bakal kehilangan hampir seluruh sumber air bersih pada 2040.

Ini adalah salah satu alasan di balik wacana pemindahan ibu kota, bahwa 150 juta penduduk di pulau terpadat Indonesia akan kekurangan air, bahkan untuk sekadar makan atau minum.

Para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut sejumlah faktor pemicu krisis air, dari perubahan iklim, pertambahan penduduk hingga alih fungsi lahan.

Pemerintah menyebut proyek bendungan serta revitalisasi waduk dan danau yang terus berjalan dapat mencegah krisis air, walau akademisi menilai upaya itu belum cukup membendung bencana yang bakal datang.

Baca Juga: Rusuh di Wamena, Warga Pendatang Asal Padang, Jawa, dan Makassar Dibawa ke Gereja dan DiselamatkanOrang Asli Papua

Apa penyebabnya?

Heru Santoso, peneliti senior di Pusat Geoteknologi LIPI, menyebut curah hujan di Jawa cenderung terus berkurang sekitar 3%.

Menurutnya penurunan itu tidak lebih berdampak pada ketersediaan air ketimbang tren peningkatan temperatur udara.

"Karena kenaikan suhu, sampai mendekati 2 derajat celcius pada tahun 2070, evaporasi atau penguapan air menjadi tinggi. Itu menyebabkan defisit air,"

"Perubahan fungsi lahan juga berpengaruh tapi jauh lebih besar pengaruh perubahan iklim. Kalau tidak ada perubahan iklim, jumlah air tetap, tinggal diatur misalnya berapa yang dialirkan untuk penduduk," tuturnya.

Baca Juga: Berawal dari Curhat hingga Ancam Tak Biayai Sekolah, Seorang Kakak Paksa Berhubungan Badan dengan Adik Kandung Sampai Hamil

Di sisi lain, Heru memprediksi alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri juga mengancam sumber air di Jawa.

"Jawa masih menjadi daerah industri andalan, bahkan ada rencana pembangunan area pantura dan proyek infrastruktur yang masif, ini tantangan berat."

"Upaya menjaga lahan serba salah karena kebutuhan lahan yang tinggi," ujarnya.

Dalam penelitian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) misalnya, kawasan tambang di Jawa Timur selama 2012-2016 meningkat dari 80 ribu menjadi 151 ribu hektare.

Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR
Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian PUPR

Baca Juga: Cerita Dibalik 'Makam Ragasemangsang', Orang Sakti Tidak Bisa Mati Selama Tubuh Menyentuh Tanah

Mayoritas lahan tambang baru itu disinyalir berada di kawasan hutan.

Direktur Walhi Jawa Timur, Rere Christanto, mennyebut alih fungsi lahan di Kota Batu selama 2001-2015 telah menghabiskan setengah sumber mata air wilayah tersebut.

Tahun 2015, kata Rere, tersisa 51 mata air di Batu.

"Saat tidak ada hujan lebih 100 hari di Jawa Timur, neraca air minus. Tapi itu diperburuk kebijakan yang justru mengurangi kawasan resapan air."

"Ada penjelasan ilmiah yang bisa menghubungkan bahwa berkurangnya neraca air di Jawa terjadi seiring berkurangnya kawasan ekologis resapan air," kata Rere.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Pelaku Penusukan Wiranto, Ngontrak Rumah di Dekat Alun-Alun hingga Pura-Pura Salaman

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber : BBC, LIPI

Baca Lainnya