Suar.ID -Wawan adalah seorang tukang becak yang biasa mangkal di seberang Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Ia tak pernah berputus asa dan selalu semangat menawarkan jasanya.
Setiap ada orang yang lewat di depannya ia selalu menyapanya dan juga menawarkan jasanya sebagai tukang becak.
Tak jarang dari pagi sampai siang ia belum mendapatkan satupun penumpang.
"Nama saya Wawan Setiawan. Wah hari ini masih sepi mas," ucap Wawan saat ditemuiKompas.com pada Jumat (2/8).
Wawan ini memiliki becak yang sedikit berbeda dari becak-becak pada umumnya.
Pada sisi kanan becak ini terdapat duah buah kruk.
Kruk ini dilakukan untuk membantu Wawan dalam berjalan, ini dikarenakan kaki kanannya sudah diamputasi.
Meski memiliki tubuh yang tak sempurna, pria berusia 48 tahun ini tetap semangat dalam mencari rejeki sebagai tukang becak.
Ketika mengantarkan penumpang, Wawan ini mengayuh becaknya dengan hanya menggunakan kaki kirinya.
Becak yang digunakannya ini tidak ada modifikasi sama sekali.
"Kalau ngayuh becak dengan satu kaki. Ya berat, tapi tidak masalah, karena sudah terbiasa mas," jelasnya.
Baca Juga: Miris, Selama Latihan Paskibraka, Aurel Disuruh Makan Kulit Jeruk oleh Seniornya
Meski hanya menggunakan satu kaki, Wawan mengaku ia masih sanggup mengantar dua penumpang sekaligus.
Tak hanya itu, ia juga bisa melintasi jalan menanjak yang ada di kota Yogyakarta.
Wawan mengaku profesi tukang becak yang ditekuninya ini sudah sajak tahun 1993.
Bahkan sebelum di Yogyakarta, ia juuga menarik becak di daerah Magelang, Jawa tengah.
Rela tidur di becak demi keluarga
Wawan memilih profesi sebagai tukang becak karena ia tidak memiliki pilihan lain.
Sebagai seorang kepala keluarga, ia harus bisa memenuhi kebutuhan hidup dari keluarganya.
Apalagi kini ia harus menghidupi sang istri dan anaknya yang masih berumur dua tahun.
Selain itu Wawan juga memiliki tanggungan untuk membayar rumah kontrakan yang dikontraknya bersama keluarga.
Wawan mengontrak sebuah rumah di daerah Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta.
Setiap bulannya ia harus membayar uang sewa sebesar Rp600 ribu.
Wawan memiliki prinsip kerja papu tidak masalah, yang penting tidak merugikan orang lain.
"Prinsip saya satu, bekerja apapun asal tidak merugikan orang lain," kata Wawan.
Baca Juga: Gempa Banten Magnitudo 7,4: Ternyata Gempa Bumi Bisa Dideteksi dari Perilaku Hewan Berikut Ini
Setiap pagi hingga sore hari, Wawan ini kerap mangkal di seberang TBY.
Namun jika sudah sore ia akan pindah ke ke seberang pasar Beringharjo.
"Saya kadang sampai jam 2 pagi baru pulang. Kadang malam sampai tidur di becak juga, ya sambil nunggu penumpang,"jelasnya.
Sebagai tukang becak, Wawan memiliki penghasilan yang tak tentu.
Terkadang ia harus rela untuk pulang dengan tangan kosong karena tak mendapat satupun penumpang.
"Kadang dapat, kadang tidak, Ya kalau ramai liburan sehari bisa dapat Rp 50.000 sampai Rp 100.000."
"Ya bagi saya, berapapun, cukup tidak cukup tetap harus disyukuri," lanjutnya.
Meski begitu tak jarang juga ada penumpang yang baik hati.
Baca Juga: Mengenal Sunda Mengathrust, Ancaman Terburuk Bagi Jakarta dari Selatan Selat Sunda
Penumpang ini tidak mau diberi kembalian, malahan memberikan tambahan uang kepada Wawan.
Sebelumnya Wawan harus menyewa becak demi dapat menafkahi keluarganya.
Ia harus membayar Rp. 10.000 untuk sewa becak tiap harinya.
Wawan pun bertekad untuk bisa memiliki becaknya sendiri.
Ia pun akhirnya menyisihkan uang hasilnya bekerja untuk nantinya ditabung.
Akhirnya setelah beberapa tahun, Wawan pun akhirnya berhasil membeli becaknya sendiri.
"Nabung sebisanya mas, kadang Rp 1.000 kadang ya Rp 5.000. Satu tahun lalu, Saya bisa beli becak ini, harganya Rp 700.000," katanya sambil tersenyum.
Sudah mandiri sejak kecil
Pada saat masih kecil Wawan tinggal bersama kedua orangtuanya di Magelang.
Sayangnya di usianya yang masih kecil, kedua orangtuanya meninggal dunia.
"Orang tua meninggal karena sakit. Saat itu saya usia 3 tahun," jelasnya.
Karena itu di saat anak-anak lain yang seusianya sedang asik bermain, Wawan harus bekerja mencari mencari uang.
Ia pun bekerja dengan berjualan koran dan juga menjadi tukang semir sepatu di jalanan magelang, Jawa Tengah.
"Saya tidak sekolah, umur 7 tahun hidup di jalan, cari uang agar bisa makan. Pokoknya cari uang, tapi yang tidak merugikan orang lain," tuturnya.
Baca Juga: Lee Jong Suk dan Kwon Nara Dikabarkan Berpacaran, Begini Tanggapan Agensi
Kisah kakinya yang diamputasi
Wawan mengatakan, musibah yang terjadi pada kaki kanannya ini terjadi saat di Magelang.
Waktu itu ketika malam hari ia hendak menuju Yogyakarta.
Namun ketika berjalan kaki, ia malah terjatuh ke dalam sebuah lubang sedalam lutut orang dewasa.
Lubang tersebut rupanya bekar orang membakar sampah.
Baca Juga: Film Bridezilla Jadi Pembuktian Lucinta Luna bahwa Dirinya Punya Karya
"Tahun 2013 Saya jatuh, langsung tidak sadarkan diri, tahu-tahu sudah di rumah sakit."
"Cerita orang yang menolong, saya jatuh di lubang bekas orang bakar sampah dan masih panas," ucapnya.
Karena hal itu, kaki kanannya mengalami luka bakar serius.
Ia pun akhirnya dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Setelah keluar dri rumah sakit Wawan pun langsung bekerja sebagai tyukang becak.
Ini dikarenakan ia harus tetap bisa mencari nafkah.
Wawan pun terpaksa menahan sakit dari kakinya saat mengayuh becak.
Karena tidak mempunyai biaya, ia pun terpaksa menahan rasa sakitnya ini sembari menarik becak.
Namun pada tahun 2014, ada seseorag yang menawarinya bantuan agar dapat berobat di rumah sakit.
"Amputasinya tahun 2014 di Hardjolukito (RSPAU dr S Hardjolukito), dibiayai oleh sedekah rombongan."
"Saya dirawat 16 bulan, ya bersyukur dibantu," lanjut Wawan.
Wawan mengatakan, meski cuma memiliki satu kaki, ia tak ingin mengganti becaknya menjadi becak motor.
"Tidak mau ganti bentor, karena belum ada izin. Ya kalau becak listrik, tidak apa-apa " ujarnya.
Baca Juga: Gempa Banten Berpotensi Tsunami: Hanya Soal Waktu Tsunami Terjadi di Beberapa Wilayah Indonesia