Menurutnya,secara umum saat fuel surcharge (biaya akibat avtur naik) maskapai penerbangan sudah naik, jarang sekali akan diturunkan, meskipun harga avtur turun.
"Itu buat additional revenue (pendapatan tambahan) mereka. Karena pengaruhnya di situ, pas avtur naik gila-gilaan, ada penambahan fuel surcharge," katanya.
"Tapi itu enggak signifikan, cuma berapa puluh ribu, enggak sampai ratusan ribu."
Dia kemudian menyimpulkan,harga tiket pesawat tidak benar-benar mengalami kenaikan atau penurunan.
Hal tersebut lebih tepat jika dikatakan sebagai bagian dari promosi dan strategi harga dari maskapai penerbangan di saat-saat tertentu untuk menarik demand masyarakat.
Menurut Pauline, saat ini penerbangan masih terbatas dan belum sebanyak dulu seperti saat sebelum pandemi.
Karena itulah dia menghimbau, jika kita punya rencana melakukan perjalanan menggunakan pesawat, sebaiknya segera memesan tiket dan tidak perlu menundanya.
"Jangan nunda-nunda bilang siapa tahu lebih dekat bisa lebih murah, enggak kayak gitu sekarang," ujarnya.
Selain harga yang sebenarnya tidak menentu, menunda pembelian tiket pesawat malah bisa menyebabkan masalah lain, seperti tidak mendapatkan kursi.
"Lebih dekat malah bisa-bisa enggak dapet tiket pesawat. Karena orang Indonesia kan cenderung last minute (saat-saat terakhir) ya. Makanya kita edukasi itu, supaya jangan mepet, beli dari jauh-jauh hari agar lebih murah," tegasnya.