Di luar Jakarta, oknum pasukan Batalion L juga menculik Brigjen TNI Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas) dan Kolonel Raden Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Kodam VII/Diponegoro) dari rumah dinas masing-masing.
Mereka berduadisiksa dan dibunuh.
Lalu, mayat mereka dimasukkan ke sebuah lubang di tengah rawa di belakang Markas Batalion L di Kentungan, sekitar 6 kilometer sebelah utara Kota Yogyakarta.
Mayat para jenderal itu ditemukan di lubang buaya pada 3 Oktober 1965 tengah malam.
Proses pengangkatan jenazah yang telah membusuk itu baru selesai keesokan harinya, pada 4 Oktober 1965.
Sehari setelahnya,pada 5 Oktober 1965, jenazah para jenderal dan Kapten Tendean dimakamkan dalam upacara militer di Taman Makam Pahlwan, Kalibata.
Ternyata, tidak mudah bagi RPKAD untuk menemukan jasad para pahlawan revolusi itu.
Mereka hanya mempunya informasi dan kesaksian Agen Polisi Dua, Sukitman, yang sempat diculik pasukan Pasopati ketika berpatroli tanggal 1 Oktober 1965 subuh di dekat rumah DI Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sukitman yang berhasil lolos dari sekapan penculiknya mengabarkan, para jenderal dibawa ke Desa Lubang Buaya.
Saat itu, wilayah yang kini masuk Jakarta Timur ini masih sepi dan berupa kebun serta hutan, termasuk hutan karet.
Hanya ada 13 rumah yang terpencar jauh satu sama lain dan satu sumur tua.