Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siswondo Parman

Ervananto Ekadilla - Senin, 05 September 2022 | 11:37
Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman.
Wikipedia

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman.

Suar.ID - Peristiwa G30S/PKI: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siswondo Parman.

Penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan satu kaptenpernah dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri Gerakan 30 September.

Peristiwa penculikan dan pembunuhan itu sendiri terjadi menjelang tengah malam pada 30 September hingga pagi hari 1 Oktober 1965.

Menurut penelitian John Roosa dalam bukunya, Dalih Pembunuhan Massal, sebenarnya target dari penculikan tersebut adalah tujuh Jenderal.

Namun kelompok G30S salah menangkap satu kapten, yang merupakan bawahan dari Jenderal ke tujuh, Jenderal A.H Nasution.

Para jenderal tersebut difitnah telah melakukan makar terhadap Presiden Soekarno dan menggabungkan diri sebagai Dewan Jenderal.

Ketujuh jenazah korban ditemukan di dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada 4 Oktober 1965.

Peristiwa tersebut juga menjadi faktor tumbangnya pemerintah orde lama yang dipimpin langsung oleh Ir Soekarno.

Pemerintah yang kemudian berkuasa saat itu, menyangkutpautkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang dibalik peristiwa itu.

Sehingga tercetuslah istilah G30S yang diberi tambahan kata PKI, yang sering ditemui masyarakat.

Enam jenderal dan satu kapten yang terbunuh dalam peristiwa G30S diberi gelar sebagai pahlawan revolusi.

Salah satu jenderal yang terbunuh pada peristiwa G30S adalah Mayor Jenderal Siwondo Parman.

Mayor Jenderal Siswondo Parman lahir pada 14 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah.

Parman pernah masuk ke sekolah kedokteran.

Namun ia berhenti sekolah, setelah Jepang menjajah Indonesia.

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman.
Dok. Tribunnews

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman.

Parman bekerja sebagai polisi militer pada masa pendudukan Jepang atau biasa disebut Kempeitai.

Kemudian, ia dikirim ke Jepang mengikuti pelatihan intelijen.

Namun setelah kembali ke Indonesia, ia beralih menjadi seorang penerjemah.

Pasalnya, Jepang sudah tidak menjajah Indonesia.

Parman bergabung di TKR atau Tentara Keamanan Rakyat pada 1945.

Beberapa bulan kemudian, ia diangkat menjadi kepala staf polisi militer di Yogyakarta.

Ia naik pangkat menjadi staf Gubernur militer di Jabodetabek yang berpangkat Mayor setelah beberapa tahun kemudian.

Parman pernah menggagalkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA yang dipimpin oleh Raymond Westerling.

Prestasinya tersebut, membawanya untuk dikirimke sekolah polisi militer di Amerika oleh pemerintah Indonesia.

Ia juga pernah menduduki jabatan atase di markas besar Polisi Militer Indonesia di London, Inggris.

Selain itu, ia juga sempat memegang jabatan di Departemen Pertahanan Indonesia.

Kemudian, Parman kembali ke Indonesia.

Lalu, ia dijadikan asisten intelijen bagi KSAD Jenderal Ahmad Yani.

Pada 30 September 1965, Parman diculik oleh pasukan Resimen Cakrabirawa di kediamannya.

Malam itu, bersama dengan tentara lain yang telah ditangkap hidup-hidup, Parman ditembak mati.

Kemudian tubuhnya dibuang di sebuah sumur tua, yang dikenal sebagai Lubang Buaya.

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman. Lubang Buaya.
IST via TribunJogja.com

Peristiwa G30S: Kisah Tewasnya Mayor Jenderal Siwondo Parman. Lubang Buaya.

Baca Juga: Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani

Source : gramedia.com Buku Dalih Pembunuhan Massal

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x