do
Suar.ID -Bacaan Doa Mengawali Tahun Baru Islam 1 Muharam 1444 Hijriyah, Lengkap dengan Arab, Latin, Terjemahan dan Sejarah Singkat Menurut Ustaz Abdul Somad.
Tahun Baru Islam 1444 Hijriyah akan jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Ini merupakan momentum penting bagi Umat Islam yang memiliki banyak pesan serta hikmah.
Berikut ini bacaan Doa di Akhir Tahun Hijriyah
اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Latin :
"Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik.
Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm."
Artinya :
Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu.
Sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu.
Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.
Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu.
Janganlah pupuskan harapanku. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.
Sejarah Singkat Dimulainya Tahun Baru Islam 1 Muharam
Ustaz Abdul Somad dalam sebuah tayangan YouTube Dakwa Islam menjelaskan tentang awal mula dimulainya tahun baru Islam.
Ia menceritakan, pada zaman dahulu, terdapat seorang gubernur yang bernama Abu Musa Al Ash'ari.
Pada saat itu, Umar bin Khatab menjadi pemimpin umat Islam di tahun ke-17 setelah pindah ke Madinah.
Abu Musa Al Ash'ari menyampaikan surat kepada Umar bin Khattab.
Isinya, rasa malu bertetangga.
Pasalnya, saat datangnya surat dari masyarakat Persia, mereka menggunakan penanggalan.
Sedangkan umat Islam pada waktu itu, hanya ada bulannya saja.
Namun, tidak ada tahunnya.
Hal ini dikarenakan, bangsa Arab pada tahun itu tidak mengenal tahun.
Lantaran, masih dalam kehidupan yang primitif.
Diceritakan oleh Ustaz Abdul Somad, kala itu memasuki musim hujan dan banjir.
Maka, disebut dengan 'amul faidzan' atau tahun banjir.
Kemudian saat Nabi Muhammad SAW lahir di tahun Gajah, disebut dengan tahun 'amul fiil'.
Masyarakat Arab masih belum bisa membaca dan buta huruf.
Bahkan, Allah SWT mengutus seorang Nabi yang juga tidak bisa membaca.
Akhirnya, berkumpul para sahabat oleh Umar bin Khattab untuk menetapkan kalender Islam.
Umar bin Khatab memberikan kesempatan kepada seluruh sahabat untuk berpendapat tentang hal ini.
Salah seorang sahabat berpendapat, kalender Islam dimulai sejak turunnya wahyu.
Sehingga saat wahyu pertama turun, di situlah dimulainya tahun yang pertama dalam Islam.
Namun sahabat-sahabat yang lain tidak menyetujui usulan tersebut.
Pasalnyasaat wahyu turun, masih banyak maksiat yang terjadi di kawasan Arab saat itu.
Maka momentum turunnya wahyu, tidak layak dijadikan sebagai awal tahun dalam Islam.
Kemudian terdapat pendapat lain, tahun pertama Islam ditetapkan sejak lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Namun, pendapat sahabat yang kedua ini juga ditolak.
Pasalnya saat Nabi SAW lahir, juga terdapat banyak maksiat.
Masyarakat Arab masih meminum khamr, berzina, berjudi, menyembah berhala dan aktivitas sejenis lainnya.
Pendapat ketiga, tahun baru Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW meninggal dunia.
Jika Nabi Muhammad SAW meninggal dunia di hari Senin, maka usulan ketiga ini menyebut, hari Senin adalah awal tahun baru Islam.
Pendapat ketiga juga tidak disetujui oleh sahabat-sahabat dalam musyawarah tersebut.
Karena sudah terdapat tida usulan yang ditolak dalam musyawarah, maka datanglah Ali bin Abi Thalib.
Ustaz Abdul Somad menjelaskan, terdapat dua pendapat dalam sebuah hadis yang menjelaskan momentum Ali bin Abi Thalib ini.
Pertama, Ali bin Abi Thalib berpendapat tentang penentuan tahun baru dalam Islam yang disetujui oleh Umar bin Khattab.
Lalu pendapat yang kedua, usulan ini disampaikan oleh Umar bin Khatab sendiri.
Setelah usulan satu, dua dan tiga ditolak, maka muncul usulan keempat yang menentukan tahun baru Islam saat terjadinya Hijrah.
Pasalnya,hijrah dinilai mampu memisahkan antara yang hak dan yang batil pada masa tersebut.
Berdasarkan musyawarah antara sahabat-sahabat Nabi SAW, maka pendapat yang keempat ini disepakati.
Maka tahun baru Islam pertama kali dicetuskan pada 17 tahun, setelah perpindahan ke Madinah di masa Umar bin Khattab.