"Saya tidak menyadari bahwa keputusan itu menjadi komitmen sepanjang hidup," kata amina sambil tertawa.
amina wadud meraih gelar doktor dari University of Michigan, Amerika Serikat untuk studi Arab dan Islam.
Ia juga mengenyam pendidikan bahasa Arab di American University di Kairo, Mesir, serta Studi Quran dan Tafsir di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Ia memulai riset untuk bukunya, Quran and Woman, sebagai bagian dari disertasinya sejak 1980-an.
"Saya mempelajari bahasa Arab sebagai kunci bagi pintu pemahaman [Al-Quran], bukan sebagai pintunya," kata amina.
Sejak diterbitkan 30 tahun lalu, Quran and Woman telah diterjemahkan ke dalam setidaknya tujuh bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Di dalamnya amina menulis,"Yang paling membuat saya khawatir akan tafsir 'tradisional' adalah tafsir tersebut secara eksklusif ditulis oleh para pria. Itu berarti pria dan pengalaman pria dilibatkan (di dalam tafsir), dan wanita serta pengalaman wanita bisa jadi tidak diikutsertakan, atau diintrepertasikan lewat visi, perspektif, dan kehendak pria".
"Banyak pemikiran telah dicurahkan pada ilmu tafsir. Saya tidak mengatakan semuanya salah, dan saya lah satu-satunya yang mengartikan Quran dengan baik, tidak," kata amina.
"Maksud saya, saya tidak bisa melihat, di dalam literatur itu, kenyataan hidup saya sebagai wanita Amerika keturunan Afrika diartikulasikan dengan kedalaman yang sama dengan seorang pria," kata amina lagi.
Nama amina lebih dikenal luas pada 2005 setelah ia memimpin ibadah shalat Jumat untuk jamaah laki-laki dan perempuan di New York, Amerika Serikat.
Ketika itu amina wadudmendapati dirinya di tengah pro dan kontra.
Namun hal itu tidak menghentikannya untuk melakukan hal yang sama pada 2008 di sebuah masjid di Oxford, Inggris.