"Kita tahu, Pak, kita baca di media bahwa Bapak Luhut menyuruh para ketua partai untuk menyuarakan wacana penundaan pemilu. Kita minta Bapak klarifikasi dan membuka big data. Apakah Bapak berani?" tanya Ketua BEM UI Bayu Satria Utomo.
Soal protes itu, Luhut menepis anggapan soaldirinya yang menggulirkan wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Dia bilang, dirinya hanya menyampaikan aspirasi yang diterima dari akar rumput.
"Saya tidak pernah mengatakan wacana itu. Yang pernah saya katakan di bawah itu minta pemilu ditunda, apa salah? Kamu ngomong gini salah? Enggak kan," ujar Luhut.
Tak berhenti di situ, mahasiswa yang tidak puas dengan jawaban Luhut memintabukti soal big data 110 juta rakyat meminta penundaan pemilu yang pernah disebut oleh Luhut.
"Ada buktinya enggak, Pak? Permasalahan kita di big data," kata mahasiswa.
"Dengerin. Saya punya hak juga untuk tidak menge-share sama kalian. Tidak ada masalah, kenapa harus ribut," jawab Luhut.
Mendengar jawaban Luhut, para mahasiswa tetap bersikeras meminta dia membuka big data itu.
Sebab, kata mahasiswa, Luhut merupakan pejabat publik yang harus mempertanggungjawabkan ucapannya soal big data tersebut.
"Kita sepakat berbeda pendapat, tapi Bapak pejabat publik perlu mempertanggungjawabkan big data ke kami semua," ujar mahasiswa.
"Apa hak kewajiban saya mempertanggungjawabkan? Seakan-akan pejabat publik mengizinkan tiga periode. Kamu berasumsi, itu tidak boleh," jawab Luhut.