"Ketika di hutan, kami merasa bebas dan nyaman karena tidak ada pria di sekitar," Ari berbagi dengan BBC.
"Hanya perempuan, jadi kami nyaman berbagi segalanya, telanjang, berenang di laut dan menangkap kerang bersama," tambah Ari.
Setelah itu, para wanita akan membawa kerang, tiram, dan juga remis ke pasar untuk dijual.
Sayangnya, beberapa waktu lalu, hutan keramat dengan perempuan ini mendapat masalah namun bukan dari laki-laki.
Masalah ini berasal dari sampah yang dibuang dari kota-kota terdekat.
Origenes Meraudje yang merupakan pejabat setempat pun mengatakan hal serupa pada BBC.
"Kami melihat lebih banyak sampah plastik daripada kerang di sini dan sangat sedih karenanya," katanya.
"Dulu, kami hanya membutuhkan setengah hari untuk mengisi satu perahu dengan kerang," imbuhnya.
"Tapi sekarang, semuanya berbeda. Kami menghabiskan waktu seharian dan kami masih belum bisa mengisi setengah dari perahu," jelasnya.