Sesampainya di NTT, mereka kemudian menetap di Atambua tanpa dokumen apa pun.
Saat diperiksa, mereka tidak memiliki dokumen keimigrasian.
MenurutSiprianus Berek (45) tokoh pemuda Atambua, jalur tikus itu sering digunakan untuk aktivitas ilegal.
Banyak barang-barang diseludupkan antarnegara, mulai dari sepeda motor, sapi, minyak tanah, bensin, hingga barang elektronik.
Tapi dia mengakui, aktivitas ilegal itu kini tidak seramai dulu.
Kami, "Sekarang jarangmendengar penangkapan pelaku atau pengungkapan kasus penyelundupan barang-barang dari Indonesia ke Timor Leste melalui jalur tikus itu," katanya.
"Mungkin pengamanan di sepanjang garis batas sudah ketat atau bisa jadi aktivitas itu berkurang akibat pandemi."
Siprianus juga bilang,ramainya jalur tikus tersebut dipicu karena warga antarkedua negara yang masih berkerabat.
Banyak warga Belu, Malaka, hingga Timor Tengah Utara memiliki adat, budaya, dan tradisi yang sama dengan warga Timor Leste.
Contohnya, ada warga Timor Leste bernama Agustinho da Cruz (27), masuk ke Malaka secara ilegal.
Dia punya istri warga Malaka dan telah memiliki seorang anak.