Mendengar cerita perempuan bertubuh mungil dan berkerudung itu, Presiden SBY tak kuasa menahan tangis.
Setelah Birrul memberikan testimoni, Presiden menyampaikan sambutannya.
"Saat mendengar testimoni dan tayangan itu, saya ikut menitikkan air mata karena itulah yang saya rasakan dulu," ucap SBY.
SBY juga menceritakan pengalamannya. Ia lahir di Pacitan, Jawa Timur, dengan ayah yang bekerja sebagai tentara dengan pangkat kapten.
Saat itu, sebut SBY, gaji seorang kapten sangat pas-pasan.
"Sahabat saya rata-rata mereka yang termasuk golongan tidak mampu, hanya sedikit teman-teman saya yang tergolong mampu."
"Pacitan dulu kota kecil, terisolasi dalam suasana yang penuh dengan ketertinggalan," kata SBY.
SBY mengatakan bahwa dirinya juga bermimpi bisa meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Alangkah bangganya jadi mahasiswa di UGM, ITS, atau Unair."
"Kenyataannya teman-teman saya tidak semua bisa mewujudkan mimpi-mimpinya. Mereka banyak yang pandai, yang cerdas, tetapi harus kandas," ujarnya.
SBY memang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum.