Suar.ID - Kian hari nampaknya kondisi Afghanistan ini dikabarkan kian amburadul.
Seperti yang diketahui, usai Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, banyak pesawat militer datang untuk melakukan evakusai.
Satu diantaranya adalah pesawat militer Amerika Serikat (AS) yang datang untuk mengevakuasi pasukan militer dan warga Afghanistan lainnya.
Namun, hal ini tentu saja tak mudah, terlebih usai Afganistan jatuh ke tangan Taliban.
Pasalnya, pasukan militer AS yang bertugas mengevakuasi mendatangkan musuh tambahan.
Dilansir Intisari-Online.com, kali ini kelompok terorisme ISIS pun malah mendadak muncul dan mengganggu evakuasi.
Kelompok terorisme ini sendiri memang ada di Afghanistan dan dikenal sebagai ISIS-K.
Militan ISIS ini sendiri telah memerangi Taliban selama 6 tahun terkahir saat mereka berusaha mati-matian mencaplok negara Afghanistan usai runtuhnya di Suriah dan Irak.
Taliban eksekusi mantan pentolan ISIS Asia Selatan
Taliban dikabarkan telah mengeksekusi mantan pemimpin ISIS Asia Selatan, Omar Khorasani.
DiwartakanThe Wall Street Journal, Taliban pun mengeksekusi Khorasani usai sebelumnya ditahan oleh pemerintah Afghanistan yang digulingkan.
Menurut laporan, Khorasani ini dibunuh di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul sebagaimana dilansirThe Week, pada Kamis (19/8).
Khorasani ini dikenal sebagai Mawlawi Ziya ul-Haq, sebelumnya ditangkap oleh pasukan keamanan Afghanistan dalam sebuah operasi pada Mei 2020.
Ia pun sempat memimpin operasi ISIS di Asia Selatan namun kemudian jabatannya dicopot dan diganti.Pengganti Khorasani, Shahab al-Muhajir ditunjuk pada Juni 2020, menurut laporan tim pemantau PBB untuk Komite sanksi ISIS dan Al Qaeda.
Pada 21 Juli, tim PBB pun dalam laporannya yang ke-28 memperingatkan kalau ISIS telah berusaha merekrut para milisi Taliban.
Namun di sisi lain, Taliban dan ISIS ini telah bentrok berkali-kali di Afghanistan sejak 2015.
Apakah pengaruh ke ISIS dan Adiliasinya di Indonesia?
Melansir dari Kompas.com, kebangkitan Taliban ini diprediksi tak memiliki pengaruh langsung terhadap potensi meningkatnya gerakan dari kelompok ISIS dan afiliasinya di Indonesia.
Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) yang bernama Taufik Andrie ini mengungkapkan kalau hal ini disebabkan terjadi kompetisi kekuasaan antara ISIS dan Taliban.
Masih ujar Taufik, contohnya adalah gerakan ISIS di Asia Selatan tak diterima oleh Taliban.
"Kelompok ISIS itu karena naluri kekuasaan dan ekspansi mereka dalam wilayah itu sama besarnya dengan Taliban jadi mereka malah kompetisi."
"Mereka secara kutub ideologis berseberangan," kata Taufik.
Karena itu, Taufik pun melihat kalau hingga kini belum ada potensi ancaman teror di Indonesia akibat kebangkitan Taliban, terutama berasal dariJI.