Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kabar Duka Mantan Menteri Penerangan Harmoko Tutup Usia, Sosok Menteri Orba yang Desak Soeharto Mundur 1998

Rahma Imanina Hasfi - Senin, 05 Juli 2021 | 08:13
Mantan Menteri Departemen Penerangan era orde baru, Harmoko
Kolase Kompas.com

Mantan Menteri Departemen Penerangan era orde baru, Harmoko

Suar.ID - Mantan Menteri Departemen Penerangan (sekarang Kementerian Komunikasi dan Informatika) Harmoko meninggal dunia.

Dia meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) malam ini.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengonfirmasi kabar tersebut.

Ia pun menyatakan dukacita atas wafatnya Harmoko.

Baca Juga: Bambang Trihatmodjo Dibuat Gigit Jari usai Terjerat Kasus Utang Negara Rp 50 Miliar, Gugatannya ke Sri Mulyani juga Ditolak Mentah-mentah, kini Ngotot Ajukan Banding

"Kiranya almarhum Bapak Harmoko mantan Menteri Penerangan RI beristirahat dalam damai dan mendapat tempat yang layak dalam surga yang kekal," kata Johnny saat dihubungi, Minggu, melansir dari Kompas.com.

Mantan Ketua Umum Golkar itu meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, sekitar pukul 20.22.

Belum ada informasi mengenai penyebab wafatnya Harmoko.

Kabar meninggalnya Harmoko turut dibenarkan oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo.

"Iya benar mas (Pak Harmoko meninggal dunia)," kata Bamsoet lewat keterangan tertulis.

Sosok Harmoko

Harmoko adalah mantan Ketua DPR/MPR RI di pengujung rezim Soeharto selama 32 tahun.

Harmoko dikenal sebagai sosok Orang Dekat sekaligus tokoh yang meminta Soeharto agar mundur dari jabatan presiden pada masa krisis moneter 1998.

Berkarir sebagai jurnalis hingga menjadi politikus terkenal bangsa Indonesia.

Jejak pergulatannya di dunia wartawan selama 23 tahun mengantarkannya menjadi menteri penerangan zaman Presiden Soeharto.

Baca Juga: Diam-diam Menikah Usai Berpisah dari Cucu Mantan Presiden Soeharto, Lulu Tobing Dikabarkan Bercerai Kedua Kalinya dengan Sosok Konglomerat yang Bawahi 80 Perusahaan Mentereng Ini

Bukan hanya itu, ia juga menjadi politikus dan Ketua MPR RI yang sekaligus meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia kala krisis ekonomi moneter.

Harmoko menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada era Orde Baru selama 3 periode berturut-turut dari tahun 1983 hingga tahun 1997.

Selain itu, pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 7 Februari 1939 itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun.

Karirnya sebelum terjun di dunia politik, pada awalnya Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka setelah lulus dari sekolah menengah.

Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.

Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko.

Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, Beliau pun menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita.

Dan tepat pada16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota.

Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Belum Sempat Malam Pertama, Pengantin Wanita Ini Sudah Diusir Mertua Sampai Digerebek Polisi | Tumbuh Jadi Wanita Super Cantik, Disebut Sebagai Puteri Modiyanti Putri Sandy Harun Dengan Tommy Soeharto

Dalam rezim kepemimpinannya, oplah Post Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983.

Kredibelitas Harmoko membuatnya dilirik Presiden Soeharto hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983.

Selama menjabat sebagai Menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto.

Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu.

Bahkan, Ia juga pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga sosok dibalik pembredelan Tempo, DeTik, dan Editor dengan tujuan demi kestabilan pemerintahan.

Sebagai sosok yang bergelut dengan pers, sebetulnya ia paham pembredelan sangat menyakitkan. Namun, apa boleh buat itu adalah perintah.

Menjelan Pemilihan tahun 1998, Presiden Soeharto sebetulnya sudah berniat mundur.

Tapi, Harmoko tetap mendukungnya untuk melanjutkan pemerintahan.

Setelah kembali terpilih, ternyata gejolak akibat krisis moneter semakin menjadi hingga terjadi kerusuhan Mei 1998.

Hal tak terduga terjadi tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur.

Baca Juga: Sekarang Tumbuh Jadi Gadis Super Cantik, Inilah Puteri Modiyanti Gadis Cantik Yang Disebut-sebut Sebagai Putri Sandy Harun Hasil Pernikahan Siri Dengan Tommy Soeharto

"Demi persatuan dan kesatuan Bangsa pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana,” ucap Harmoko.

Hal tersebut yang membuat ketegangan antara keluarga Cendana Soeharto dan Harmoko.

Mereka pun tidak pernah bertatap muka lagi hingga tahun 2008, Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.

Setelah tumbangnya Orde Baru (Orba) dan lahirnya Era Reformasi nama Harmoko tak muncul lagi dalam aktivitas politik.

Tak lama muncul, Harmoko mulai aktif kembali dengan dunia lamanya yakni tulis menulis.

Harmoko sesekali menulis di kolom Ngopi Pos Kota. Pada tahun 2016, Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang.

Harmoko berjuang untuk memulihkan kesehatannya yang memasuki usianya ke-77 tahun.

Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun Kosong, Rumah Soeharto yang Berusia 103 Tahun ini Rupanya Simpan Berbagai Kejanggalan dan Banyak Hal Mistis yang Terjadi, Satu DIantaranya Gamelan Sering Bunyi Sendiri!

Source :Kompas.comTribunnews.com

Editor : Suar

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x