Tarel mendeskripsikan dirinya sebagai anggota yellow vest, pergerakan yang mengguncang pemerintahan Macron pada 2018 dan 2019.
Dengan tenang, Tarel menjabarkan pandangannya terhadap Macron, seraya tidak jelas apa yang ingin dia ubah dari Perancis.
"Ketika saya melihat wajahnya, saya merasa jijik. Saya kemudian bertindak kasar. Saya sendiri sampai terkejut," kata dia.
Tarel mengungkapkan, dia dan temannya awalnya hendak menghujani Macron dengan telur dan krim sebelum mengurungkan ide mereka.
Saat ditanya apa motifnya, Tarel menjawab bahwa Emmanuel Macron merupakan kemunduran bagi "Negeri Anggur".
Selain menjatuhkan hukuman penjara, hakim melarang Tarel mempunyai senjata selama lima tahun, dan menyuruhnya mencari pekerjaan.
Macron sendiri saat diwawancarai BFM mengatakan, dia menyebut penamparan terhadap dirinya dampak dari atmosfer beracun di media sosial.
"Anda terbiasa dengan ujaran kebencian di media sosial. Jadi jika Anda berhadapan dengan orang itu, Anda merasa harus membalasnya. Itu konyol," sergahnya.