Pasalnya ia sempat dilaporkan ke Polisi oleh adik kandungnya sendiri (almarhumah) atas kehendak dari iparnya (suami/ pelaku) sendiri. Bahkan disertai ancaman kepada almarhumah.
"Sudah 7 bulan kami tidak saling komunikasi. Ada permasalahan pribadilah. Suaminya itu ngancam mau ceraikan adik saya kalau dia nggak mau laporkan saya ke Polisi bahkan mau pukul adik saya," ucapnya.
Menurutnya, kabar sang adik dibunuh olen suaminya itu, ia peroleh dari tetangganya.
Lantaran, rumah almarhumah terletak cukup jauh dari rumah Risnawati.
"Rumah kami berjauhan sekira 3 kilometer dari rumah. Pada saat itu sekira pukul 16.00 Wita, ada telepon masuk dari tetangga.
Saya nggak dengar deringan telepon masuk. Pas ke luar rumah, tetangga teriak panggil saya, risna...risna adikmu si bolong meninggal diparangi suaminya. Panggilan akrab almarhumah itu bolong.
Mendengar itu saya syok. Saya coba tenangkan diri lalu telepon mama, ngasih kabar ke kampung. Setelah itu saya ke TKP sama adik kandung saya laki-laki.
Waktu ke sana saya dapati almarhumah sudah ditutupi mayatnya sama 2 petugas Polisi.
Saya hanya bisa saksikan dari bawah rumah, banyak darah berceceran di depan pintu rumah almarhumah," ujarnya.
Almarhumah merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Terdiri dari laki-laki 2 orang dan perempuan ada 3 orang.
Ia memiliki 3 saudara kandung di Sei Menggaris termasuk Risnawati, sementara 2 saudara lainnya tinggal di Sulawesi bersama kedua orang tua dan 4 orang anaknya.