Bahkan tanaman dan ternak yang mereka korbankan akan diganti oleh para dengan yang lebih baik dan banyak.
Selama waktu ini banyak kawanan Xhosa dilanda “penyakit paru-paru” yang mungkin ditularkan oleh sapi Eropa.
Pada 1856, banyak ternak telah mati, dan Xhosa percaya bahwa kematian itu disebabkan oleh santet.
Sarhili, Pimpinan penting Xhosa diyakinkan akan kebenaran nubuat Nongqawuse.
Kemudian Sarhili memerintahkan orang-orang untuk mematuhi perintah para roh itu hingga tak tersisa barang sebutir jagung pun.
Dalam periode sepuluh bulan, Gcaleka dan klan Xhosa lainnya membunuh ternak mereka (diperkirakan bahwa Gcaleka membunuh sekitar 300.000 hingga 400.000 ekor sapi)
Tak hanya itu, mereka juga membakar seluruh area pertanian hingga tak ada lagi yang mereka miliki kecuali keluarga.
Nongqawuse meramalkan bahwa janji leluhur akan terpenuhi pada 18 Februari 1857, ketika matahari akan memerah.
Namun, pada hari itu matahari terbit dengan warna yang sama setiap hari.
Awalnya, pengikut Nongqawuse menyalahkan mereka yang tidak mematuhi perintah itu, tetapi mereka kemudian berbalik melawannya.