Ironisnya, hal itu dilakukan tanpa pemberitahuan ke Mark Sungkar.
"Sungguh aneh PPFTI dituding tidak taat aturan dan laporan fiktif," jelas Fahri Bachmid.
Etikad baik Mark Sungkar memutuskan untuk membantu menyelesaikannya dengan mengundang PPFTI Pusat.
Saat itu pertama kali Mark Sungkar mengetahui juknis anggaran setelah ada paparan dari PPFTI.
"Tidak mungkin ada asap jika tidak ada api, ada semacam keadaan yang sifatnya kausalitas dalam konteks itu," ujar Fahri Bachmid.
Mengenai tertundanya pembayaran, lanjut Fahri Bachmid, hal serupa juga terjadi saat test event Road to Asian Games 2017.
Menurut perjanjian, PPFTI seharusnya menerima 70 persen anggaran, yakni sebesar Rp 729 juta medio April 2017 sebelum Kejuaraan Asian Triathlon Championship dimulai.
Namun surat perjanjian baru disodorkan untuk ditandatangani dua hari sebelum kejuaraan dan uang baru dicairkan pada 15 jam sebelum acara dimulai.
"Ini merupakan hal yang sangat eksentrik, jika negara tidak sungguh-sungguh mengelola sektor keolahragaan seperti ini," kata Fahri Bachmid mewakili Mark Sungkar.
Ia menilai, negara seperti mempersulit pencairan dana dan laporan dipersulit dengan berbagai cara.
Antara lain, berkas yang sudah diserahkan dikatakan belum diterima ataupun terselip dan minta untuk dikirim ulang dan lain-lain.