"Selama 2 minggu tiap hari ada jenazah. Paling awet itu kalau ketemu bagian tubuh di kepala," kata dia.
Lalu dr Hastry pun menuturkan sulitnya mencari antemortem korban karena sebagian besar korban adalah satu keluarga.
"Jadi tim mencari DNA dari rumah, dari sisir, baju, sepatu, ada juga yang cari antemorten di bandara lewat CCTV," kata dia.
Jelang akhir pencarian, dr Hastry pun diminta oleh atasannya untuk ke Surabaya.
"Kata komandan saya, ada tim DVI dari Abu Dhabi dan Singapura, dan Malaysia mau dateng. Mereka pengen tahu aja DVI Indonesia, karena kita sudah terkenal," tutur dia.
dr Hastry pun menjelaskan bahwa kedatangan mereka bukan untuk membantu.
?Mereka ingin bergabung aja, kalau terjadi di negaranya mereka harus apa," katanya.
"Semua proses mereka boleh saksikan, karena pengen tahu, bener gak kerja DVI INdonesia ini, karena hasil yang sedemikian itu sudah tidak bisa disanggah lagi," tuturnya.
Karena kedatangan tim itulah dr Hastry diminta untuk pulang ke Surabaya.